Tokyo (ANTARA) - Kontaminan yang ditemukan dalam kelompok vaksin COVID-19 Moderna Inc yang dikirim ke Jepang diyakini sebagai partikel logam, menurut berita media Jepang NHK, yang mengutip sumber di kementerian kesehatan.

Jepang pada Kamis (26/8) menangguhkan penggunaan 1,63 juta dosis vaksin Moderna, lebih dari seminggu setelah distributor domestik menerima laporan adanya kontaminan di beberapa botol vaksin.

Laporan NHK yang diterbitkan pada Kamis malam mengutip kementerian kesehatan yang menyebutkan bahwa partikel itu bereaksi terhadap magnet dan karenanya diduga sebagai logam.

Moderna menggambarkannya sebagai "bahan partikulat" yang tidak menimbulkan masalah keamanan atau kemanjuran.

Pejabat kementerian kesehatan yang bertanggung jawab atas masalah vaksin tersebut belum dapat dihubungi oleh Reuters.

Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan penangguhan penggunaan sekelompok vaksin Moderna itu merupakan tindakan pencegahan.

Baca juga: Jepang perpanjang lockdown darurat COVID hingga 12 September

Namun, langkah kementerian itu mendorong beberapa perusahaan Jepang untuk membatalkan kegiatan vaksinasi pekerja dan regulator obat Eropa untuk meluncurkan penyelidikan.

Perusahaan farmasi Spanyol -- Rovi, yang mengemas vaksin Moderna untuk pasar selain Amerika Serikat, mengatakan kontaminasi tersebut dapat disebabkan oleh masalah manufaktur di salah satu lini produksinya. Untuk itu Rovi sedang melakukan penyelidikan.

Pemerintah Jepang belum mengungkapkan berapa banyak dosis dari kelompok vaksin yang terkontaminasi yang telah disuntikkan.

Kyodo News melaporkan setidaknya 176.000 suntikan telah dilakukan dengan memakai vaksin yang diduga terkontaminasi itu. Jumlah itu berdasarkan penghitungan Kyodo sendiri yang dilaporkan oleh pemerintah kota setempat.

Sumber: Reuters

Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2021