Jakarta (ANTARA) - Pemerintah tidak akan hanya mengandalkan impor vaksin COVID-19 untuk keperluan masyarakat, tetapi juga mendukung pengembangan vaksin buatan dalam negeri, kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Jakarta, Sabtu.

“Pemerintah juga terus mendorong pengembangan vaksin nasional agar tidak hanya mengandalkan vaksin impor,” kata Wapres Ma’ruf di acara Studium Generale Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surabaya melalui konferensi video dari kediaman resmi wapres di Jakarta, Sabtu.

Pengembangan vaksin COVID-19 buatan dalam negeri saat ini telah ada dua macam, yaitu Vaksin Nusantara dan Vaksin Merah Putih. Pemerintah memasang target untuk segera memproduksi vaksin dan obat-obatan untuk penanganan COVID-19.

Baca juga: Wapres: Vaksinasi COVID-19 adalah kewajiban agama

“Pemerintah menargetkan di masa mendatang, kita mampu memproduksi vaksin COVID-19 maupun obat-obatan lainnya untuk kemandirian bangsa di bidang kesehatan masyarakat,” jelasnya.

Vaksinasi menjadi salah satu prioritas pemerintah dalam penanganan pandemi COVID-19, selain menerapkan protokol kesehatan.

Pemerintah ingin membentuk kekebalan komunal atau herd immunity dengan melakukan vaksinasi COVID-19 terhadap sedikitnya 70 persen dari total penduduk Indonesia.

Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 juga bertujuan untuk mengurangi penularan kasus aktif serta menurunkan angka kematian akibat COVID-19.

Baca juga: Wapres: Jangan sampai ada gubernur tak tahu ada berapa vaksin masuk

“Vaksinasi juga ditargetkan untuk dapat mewujudkan kekebalan kelompok di masyarakat, herd immunity; dan sekaligus melindungi masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi,” ujar Wapres.

Selama ini, sebagai upaya menghentikan pandemi COVID-19, Pemerintah melakukan kerja sama dengan berbagai negara produsen vaksin COVID-19 untuk masyarakat Indonesia.

Hingga Jumat (27/8), Indonesia telah kedatangan vaksin COVID-19 sebanyak 208,7 juta dosis, sementara sebanyak 123.256.044 dosis vaksin COVID-19 telah terdistribusi ke 34 provinsi.

Baca juga: Wapres: Vaksinasi anak 12-17 tahun tepat karena mortalitas tinggi

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021