Yogyakarta (ANTARA News) - Sebanyak 50 juta meter kubik material letusan Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah hingga sekarang masih tertampung di Kali Gendol.

"Kali Gendol masih menjadi ancaman lahar dingin karena hingga saat ini belum ada material letusan Gunung Merapi yang mengalir," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandrio, di Yogyakarta, Kamis.

Ia mengatakan belum ada hujan yang signifikan untuk bisa mengalirkan material berupa pasir, abu, kerikil, dan batu ke alirabn sungai di bawahnya, sedangkan materal yang mudah turun menjadi lahar dingin adalah abu vulkanik.

Menurut dia material bisa digelontorkan jika terjadi hujan dengan intensitas 40 milimeter per jam selama dua jam tanpa henti, sedangkan data BMKG intensitas hujan paling ekstrem adalah 20 milimeter per jam. "Jadi hanya kejadian ekstrem saja yang bisa mengalirkan seluruh material," katanya.

Ia memperkirakan aliran lahar dingin di Kali Gendol nantinya akan mirip dengan aliran di Kali Boyong yang mengalir hingga Kali Code beberapa waktu lalu.

Berdasarkan pengamatan hampir semua sungai yang berhulu di puncak Gunung Merapi berpotensi banjir lahar dingin karena semua sungai terisi material letusan. Sebagian besar sungai seperti di Kali Boyong, Kali Senowo, Kali Putih, atau Kali Krasak, jumlah material letusan hanya sekitar lima juta hingga sampai 10 juta meter kubik.

Meski tidak bisa terkonsentrasi, katanya, jumlah material letusan paling dominan berada di Kali Gendol dengan jumlah besar karena di kali itu ada 30 persen hingga 40 persen dari 100 juta meter kubik material letusan.

"Material banyak berada di Kali Gendol karena aliran utama awan panas berada di sana. Aliran menumpuk hingga 10 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Tumpukan material itu membuat sisi tengah sungai jauh lebih tinggi dari bibir sungai padahal kedalaman sungai sebelumnya mencapai 25 meter hingga 50 meter," katanya. (B015*E013/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010