Indonesia menempuh tiga pilar sesuai tujuan Konvensi Keanekaragaman Hayati
Jakarta (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menegaskan bahwa Indonesia terus mendukung langkah-langkah perundingan kerangka kerja biodiversitas mengingat besarnya kekayaan biodiversitas di Tanah Air.

Hal itu disampaikan oleh Menteri LHK Siti ketika menjadi pembicara dalam acara PreCOP Biodiversity 2021-High Level Political Forum dalam rangkaian kegiatan Third Open Ended Working Group on Post 2020 Global Biodiversity Framework, menurut keterangan resmi Kementerian LHK yang diterima di Jakarta pada Selasa.

"Sebagai rumah bagi lebih dari 490 ribu spesies di 19 tipe ekosistem dengan 74 tipe vegetasi, Indonesia mendukung langkah-langkah perundingan kerangka kerja biodiversitas yang sedang berlangsung. Indonesia menempuh tiga pilar sesuai tujuan Konvensi Keanekaragaman Hayati, yaitu pengawetan, perlindungan dan pemanfaatan yang berkelanjutan," ujar Siti.

Lebih lanjut, Siti menekankan tiga poin penting yang diperhatikan pada forum tersebut yaitu target global harus terukur dan fleksibel, keseimbangan antara target dan perangkat pendukung pelaksanaannya serta nilai minimum untuk semua target dan indikator yang dapat dimonitor untuk dapat dicapai oleh negara-negara.

Indonesia sendiri sudah berhasil melakukan capaian signifikan, menurut Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Wiratno dalam pertemuan yang sama.

Baca juga: Empat Guru Besar IPB kemukakan pandangan terkait keanekaragaman hayati

Baca juga: ASEAN serukan pentingnya menghargai air demi keberlangsungan kehidupan


Sebagai contoh, jelas Wiratno, pada tingkat ekosistem pemerintah berhasil mempertahankan 51 juta hektare kawasan lindung yang mencakup lebih dari 28 persen area daratan Indonesia. Termasuk di dalamnya 1,4 juta hektare area bernilai konservasi tinggi pada wilayah konsesi swasta.

Indonesia sendiri cukup berhasil dalam kerja konservasi. Dengan data di lebih dari 270 lokasi pengawasan, antara lain di TN Gunung Leuser dan Kabupaten Aceh Timur di Aceh, TN Way Kambas di Lampung, serta Kutai Barat di Kalimantan Timur, hingga tahun ini telah terpantau peningkatan populasi dari 25 jenis satwa prioritas terancam punah seperti jalak bali, banteng, badak jawa, owa jawa dan elang jawa.

KLHK juga telah berhasil melepasliarkan lebih dari 200 ribu satwa pada 2020.

Pada level genetik, KLHK terus berupaya mempromosikan bioprospeksi sumber daya genetik Indonesia untuk ketahanan pangan dan kesehatan, seperti pemanfaatan Candidaspongia sebagai anti kanker dan gaharu sebagai bahan disinfektan yang permintaannya semakin meningkat selama pandemi.

"Hasil kerja yang penting dalam integrasi yang harmoni antara biodiversitas dan sektor-sektor produktif bagi kemajuan negara," demikian Wiratno.

Baca juga: ASEAN bahas peningkatan upaya pengelolaan kawasan lindung

Baca juga: Indonesia dorong isu konservasi menjadi dasar kebijakan



 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021