Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 semakin menyadarkan kita akan pentingnya STEM, Sains (science), Teknologi (technology), Teknik (engineering), Seni (art) dan Matematika (mathematic) lebih dari sebelumnya.

Mulai dari cepatnya pengembangan vaksin COVID-19 hingga teknologi terbaru, STEM telah membantu kita mengatasi berbagai tantangan yang muncul sebagai akibat dari pandemi global.

Berdasarkan hasil survei persepsi sains global yang dilakukan 3M atau State of Science Index (SOSI) 2021, sebanyak 91 persen responden yang tinggal di wilayah Asia-Pasifik (APAC) setuju bahwa dunia membutuhkan lebih banyak orang yang berkarir di bidang STEM, angka ini berbanding tipis dengan presentase dunia yakni 90 persen, sebagaimana dikutip dari siaran pers diterima di Jakarta, Selasa.

Untuk menjawab hal ini, LSM di seluruh dunia telah mendistribusikan materi edukasi gratis serta melakukan pengajaran daring (online) untuk para pelajar yang terkena dampak pandemi.

Salah satunya United Nations Environment Program (UNEP) dan TED-Ed yang meluncurkan program edukasi selama 30 hari dengan berfokus pada lingkungan. Program Pendidikan ini disebut sebagai “Earth School” dimana para pelajar, orang tua, serta guru diberikan sumber daya berupa materi dalam bentuk video, bahan bacaan, hingga berbagai kegiatan edukasi lainnya.

Selain untuk meningkatkan kualitas hidup, business case juga memberdayakan generasi berikutnya untuk menjadi generasi pemikir, pemimpin, dan kreatif. Banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh bisnis, mulai dari investasi rasio R&D yang lebih baik, hingga produk-produk yang disruptif.

Baca juga: Rusdy Rukmarata: Kolaborasi kunci kibarkan seni di tengah pandemi

Baca juga: Pentas "Ayahku Pulang" digelar FKIP Unbari di Taman Budaya Jambi


Memberdayakan talenta

Pemberdayaan generasi muda sangat dibutuhkan untuk membangun talenta yang terampil dan akan meningkatkan produktivitas, kreativitas, serta daya saing.

Meski begitu, beberapa waktu belakangan banyak negara mengalami kekurangan talenta di bidang STEM. Hal ini dapat menimbulkan tantangan bagi bisnis terutama bisnis di bidang STEM.

Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia baru-baru ini melaporkan kurangnya peneliti dan insinyur di dalam negeri. Dengan 2.500 insinyur dan 7.400 peneliti per satu juta orang, Indonesia menjadi salah satu negara dengan rasio peneliti per satu juta penduduk terendah di kawasan ASEAN.

Untungnya, tren ini berubah. Dalam sebuah studi 3M sebelumnya, ditemukan bahwa 2/3 masyarakat di Kawasan Asia-Pasifik (APAC) atau sekitar 66 persen  responden terinspirasi untuk meniti karir di bidang STEM. Angka ini lebih tinggi ketimbang rata-rata global dengan yaitu sebesar 60 persen .

Selain itu, 63 persen masyarakat di Asia-Pasifik juga percaya bahwa selama pandemi, ilmuwan dan tenaga kesehatan menginspirasi generasi baru untuk mengejar karir di sektor STEM di masa depan. Angka ini berbanding tipis dengan rata-rata responden global yakni 62 persen.

Oleh karena itu, pelaku bisnis perlu memanfaatkan popularitas STEM ini dan mulai mengambil langkah untuk mendorong lebih banyak generasi muda mengejar pendidikan serta berkarier di bidang ini.

Perspektif baru

Pemberdayaan generasi muda memungkinkan bisnis memanfaatkan intelegensi serta inovasi semangat muda. Mungkin saja, seorang pemimpin yang berpengalaman sudah mahir dan dapat membuktikan kinerja mereka dalam menyelesaikan masalah, tetapi perspektif baru dari generasi yang lebih muda juga diperlukan setiap saat. Generasi muda dipercaya dapat membawa ide-ide baru yang out of the box menantang.

Hal ini didukung oleh penelitian neurosains. Penelitian ini menunjukkan bahwa korteks prefrontal otak generasi muda mengatur perencanaan dan pengambilan keputusan yang tidak matang dan terburu-buru setidaknya hingga usia 25 tahun. Hal ini menjadi alasan bahwa generasi muda lebih berani mengambil risiko dan pada akhirnya membantu mereka belajar dari pengalaman secara lebih baik, serta memperoleh keterampilan lebih cepat dan menjadi lebih kreatif.

Karena alasan inilah banyak bisnis meluncurkan program akselerator dan inkubator, serta business case yang menargetkan generasi muda.

Meningkatkan makna kerja

Dewasa ini banyak pekerja mulai mencari makna dibalik pekerjaan mereka. Sebuah studi global pada tahun 2019 menemukan bahwa, bagi karyawan, makna dan tujuan adalah aspek terpenting dari pekerjaan. Mereka yang menganggap pekerjaan mereka bermakna juga lebih menghargai ruang lingkup pekerjaan mereka sebanyak empat kali lipat.

Saat mengeksplorasi implikasi dari pekerjaan yang berarti bagi karyawan di Asia, para peneliti juga menemukan bahwa hal itu tidak hanya berdampak positif pada produktivitas dan kinerja, tetapi juga mendorong loyalitas karyawan.

Dengan menggambarkan tujuan mereka dengan lebih jelas, perusahaan dapat menarik lebih banyak generasi muda untuk menjadi talenta yang berprestasi.

Program pengembangan

Business case bagi perusahaan-perusahaan STEM untuk mendukung pengembangan generasi muda adalah hal yang sangat baik. Tapi bagaimana mereka harus melakukannya?

Temuan dari penelitian 3M State of Science Index 2021 mengisyaratkan jawabannya. Di antara mereka yang percaya bahwa perusahaan harus terlibat dalam mendukung edukasi di bidang STEM, tindakan utama yang diinginkan khalayak untuk menjadi prioritas perusahaan adalah menciptakan sumber daya bagi anak-anak untuk terlibat dalam sains sejak usia dini (46 persen  di APAC dan 44 persen secara global), diikuti dengan berinvestasi dalam menginspirasi anak-anak untuk mencintai sains (42 persen di APAC dan 39 persen secara global), memberikan program beasiswa kepada siswa yang membutuhkan (41 persen di APAC dan 43 persen secara global), serta menyelenggarakan program seperti magang, perkemahan musim panas atau retret, dan lokakarya untuk membantu pelajar lebih mendalami bidang STEM (40 persen di APAC dan 43 persen secara global).

Berdasarkan hasil penelitian itu, 3M telah menetapkan tujuan. Pada akhir 2025 nanti, 3M akan menciptakan lima juta pengalaman edukasi STEM dan Pertukaran Ilmu yang unik bagi orang-orang yang membutuhkan untuk mendukung pengembangan generasi muda.

Selain itu, 3M juga meluncurkan 3M Inspire Challenge yang menargetkan mahasiswa di kawasan regional Asia Tenggara untuk membawa ide-ide terbaik mereka dalam bidang Teknologi, Keberlanjutan (sustainability), dan Inovasi di negara-negara seperti Indonesia, Singapura, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina.

Namun harus disadari bahwa program-program ini hanyalah ujung dari suatu gunung es. Bagaimanapun, sebagai perusahaan berbasis sains, 3M memiliki peran penting dalam berinvestasi untuk generasi masa depan. 3M ingin menjadi pelopor untuk hal tersebut dan berharap dapat mendorong lebih banyak perusahaan untuk bergabung dengan 3M dalam upaya ini.


Baca juga: Menteri PPPA: Indonesia komitmen setarakan gender di bidang STEM

Baca juga: Regena Medical Centre gandeng Permai Penang dalam bidang kesehatan

Baca juga: RSUP Dr Sardjito kembangkan terapi sel punca pada pasien COVID-19

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021