Uang sekolah SD, SMP, SMA maupun uang kuliah di perguruan tinggi mengalami peningkatan
Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan adanya momentum tahun ajaran baru membuat kelompok pengeluaran pendidikan memiliki kontribusi besar dalam mendorong terjadinya inflasi pada Agustus 2021 sebesar 0,03 persen.

“Kelompok pendidikan ini memberikan andil cukup besar yaitu 0,07 persen dari inflasi kita sebesar 0,03 persen,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.

Setianto mengatakan kelompok pengeluaran pendidikan mengalami inflasi sebesar 1,2 persen pada Agustus dan berkontribusi terhadap inflasi secara keseluruhan sebesar 0,07 persen.

“Uang sekolah SD, SMP, SMA maupun uang kuliah di perguruan tinggi mengalami peningkatan,” ujarnya.

Menurutnya, inflasi kelompok pengeluaran pendidikan yang sebesar 1,2 persen ini cukup tinggi karena momentum bagi sekolah-sekolah untuk memperbaiki operasional kegiatan pendidikan baik tingkat SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi.

“Jadi kalau kita kelompokkan inflasi untuk pendidikan ini, uang sekolah SMP dan kuliah masing-masing memberikan andil 0,02 persen. Kemudian untuk uang sekolah SMA (andilnya) 0,01 persen,” ujarnya.

Sementara itu, kelompok pengeluaran lain yang menunjang terjadinya inflasi 0,03 persen di antaranya adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan andil 0,01 persen.

Kemudian kelompok pengeluaran kesehatan dengan andil 0,01 persen, penyediaan makanan dan minuman atau restoran 0,01 persen, serta perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,01 persen.

Baca juga: BPS: Pada Agustus 2021 terjadi inflasi 0,03 persen

Di sisi lain, untuk kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau memberikan andil terhadap deflasi sebesar minus 0,08 persen.

“Kalau kita lihat (kelompok) makanan, minuman dan tembakau ini terjadi penurunan indeks dari 109,41 pada Juli lalu menjadi 109,06 pada Agustus,” katanya.

Ia merinci dari empat sub-kelompok pada kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau terdapat satu sub kelompok mengalami deflasi dan tiga sub-kelompok mengalami inflasi.

Sub-kelompok yang mengalami deflasi adalah makanan sebesar 0,48 persen, sedangkan tiga sub-kelompok yang mengalami inflasi yaitu minuman tidak beralkohol sebesar 0,19 persen, minuman alkohol 0,35 persen serta rokok dan tembakau 0,39 persen.

Sementara itu, Setianto menyebutkan komoditas yang dominan memberikan andil deflasi sebesar 0,08 persen pada kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau adalah cabai rawit 0,05 persen.

Tak hanya itu, daging ayam ras dan cabai merah juga memberikan andil deflasi masing-masing 0,04 persen serta bayam, buncis kacang panjang, kangkung dan sawi hijau masing-masing 0,01 persen.

Ia melanjutkan komoditas dalam kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau yang dominan dalam memberikan andil terhadap inflasi adalah minyak goreng sebesar 0,02 persen serta tomat, ikan segar, pepaya, rokok kretek filter masing-masing 0,01 persen.

Baca juga: Kemendag monitor kenaikan harga minyak goreng jaga inflasi

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021