Jakarta (ANTARA) - Perusahaan rintisan atau startup mulai terus berkembang di Tanah Air dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, banyak yang berkembang namun tak sedikit yang terhenti langkahnya karena kurangnya modal untuk melanjutkan kegiatan bisnisnya.

Co-Founder dan Co-Managing Partner Northstar Group Patrick Walujo sebagai salah satu tokoh dari perusahaan private equity membagikan sedikit bocoran agar para pelaku startup bisa dilirik oleh investor atau penyuntik dana salah satunya adalah kejelasan visi perusahaan dan pengelolaan bisnis yang mumpuni oleh pelaku bisnis.

"Saya senang anak muda berinvestasi di stock market (pasar modal). Tapi, saya berharap juga generasi muda untuk terjun langsung dalam bisnisnya sendiri. Salah satu kunci dasar untuk kesuksesan bisnis adalah accounting. Orang banyak uang untuk investasi itu banyak, tapi yang bisa menjalankan bisnis itu sedikit," kata Patrick dalam keterangan pers dari Ternak Uang, Rabu.

Baca juga: Startup Studio Indonesia "batch" 2 masuki tahap akhir

Tidak hanya itu, karakteristik perusahaan rintisan yang digemari oleh para pemilik modal adalah perusahaan yang memiliki inovasi yang banyak serta memiliki biaya pengelolaan yang rendah.

Director Northstar Group Henky Prihatna juga turut membagikan pandangannya mengenai startup yang 'cantik' di mata investor.

Rupanya saat ini startup yang tengah dilirik oleh investor di tengah perkembangan ekosistem digital dan di tengah pandemi adalah perusahaan yang bergerak di sektor ekonomi digital.

"Pertumbuhan itu (sektor ekonomi digital) cepat sekali. Tahun 2025, ekonomi digital Indonesia berpotensi meningkat 3 kali lipat daripada sekarang. Karena yang tadinya konvensional, akan dipaksa bertransformasi ke digital agar bisa bertahan dalam persaingan bisnis," ujar Henky.

Sedangkan secara personal, Henky memiliki pendapat yang kurang lebih sama dengan Patrick soal pendiri perusahaan rintisan.

Ia menyukai sosok founder startup yang bukan hanya bermodal teori saja namun bisa mempraktikan ilmu bisnis di perusahaannya.

"Dari sisi founder, tentu kami melihat visi dan misi perusahaan, lalu founder yang bisa mengeksekusi (visi dan misi tersebut) dengan baik," kata Henky.

Selain itu, investor juga akan mempertimbangkan sektor industri yang dijalankan oleh para pengaju modal.

"Kami melihat industri mana yang punya prospek besar. Untuk saat ini misalnya edutech, healthtech, atau new media seperti podcast yang menjanjikan revenue besar. Terakhir, business models, make sense atau gak? Profitable atau enggak, itu juga kita lihat sebagai investor," tutupnya.

Baca juga: ByteDance akuisisi startup VR Pico Interactive

Baca juga: Startup eFishery gandeng milenial bangun ekosistem industri akuakultur

Baca juga: Apple beli startup Primephonic, tawarkan pengalaman musik klasik

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021