Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menilai penggunaan data Otonomi Khusus (Otsus) Papua harus ditujukan untuk peningkatan mutu pendidikan masyarakat di Bumi Cenderawasih.

"Salah satu penggunaan dana Otsus ditujukan untuk peningkatan sektor pendidikan masyarakat di Tanah Papua. Sepanjang tahun 2020, Provinsi Papua mendapat alokasi anggaran pendidikan Rp1,62 triliun dari total dana Otsus Papua sebesar Rp5,29 triliun. Sementara Provinsi Papua Barat menerima sekitar Rp470 miliar dari total dana Otsus Papua Barat Rp1,7 triliun," kata Bambang Soesatyo dalam keterangannya di Jakarta.

Hal itu dikatakan Bamsoet dalam Kuliah Umum Kebangsaan di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Manokwari, secara virtual dari Jakarta, Rabu.

Namun menurut dia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaporkan bahwa kementerian tersebut tidak pernah mendapatkan informasi tentang penggunaan dana Otsus Papua untuk sektor pendidikan.

Dia mengatakan berdasarkan UU nomor 2 tahun 2021 tentang Otsus Papua, dana Otsus akan terus diberikan hingga tahun 2041 dan jumlahnya ditingkatkan dari 2 persen menjadi 2,25 persen yang berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU). Menurut dia, peningkatan tersebut menyebabkan Otsus Papua meningkat dari Rp7,6 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp8,5 triliun untuk tahun 2022.

Baca juga: KSP: UU Otsus Papua bawa angin segar pengelolaan Dana Otsus

Baca juga: Kemenkeu: UU Otsus Papua baru atur pengelolaan dana lebih komprehensif


"Karena itu, peningkatan dana Otsus Papua yang sejalan dengan peningkatan dana untuk sektor pendidikan, harus dibarengi dengan transparansi penggunaan anggaran," ujarnya.

Dia mengatakan, pendidikan merupakan landasan fundamental bagi kemajuan suatu bangsa karena akan lahir sumber daya manusia yang dapat diandalkan bagi pemajuan pembangunan nasional.

Karena itu dia mengapresiasi STIH Manokwari sebagai salah satu entitas pendidikan tinggi di Papua, yang mengusung moto pendidikan merupakan faktor kunci bagi perlindungan, pemberdayaan, penghormatan, dan keberpihakan terhadap rakyat Papua.

"Namun harus diakui, keterbatasan akses pendidikan masih menjadi persoalan yang dihadapi banyak pemuda di berbagai wilayah nusantara, termasuk di Papua. Namun kondisi ini hendaknya tidak menyurutkan semangat untuk terus belajar dan berjuang," ujarnya.

Menurut dia, semua pihak dapat belajar dari para pemuda Papua yang berhasil mengukir prestasi membanggakan di tengah berbagai keterbatasan dan banyak tantangan yang harus dihadapi.

Baca juga: MAKI dorong BKP3 adopsi program pencegahan korupsi dana otsus Papua

Baca juga: Peneliti LIPI: Tiga hal penting dalam implementasi dana otsus Papua


Dia mencontohkan Vanda Korisano dan Martha Itaar yang menjadi pilot Garuda Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan di Nelson Aviation College, Selandia Baru, dan di Sekolah Penerbangan Ganesha, Jakarta.

"Bob Royend Sabatino Kaway dan Thinus Lamek Yewi, pelajar SMA Advent Doyo Baru, Distrik Waibu, Desa Doyo Baru, Kabupaten Jayapura, yang berhasil mewakili Indonesia masuk tim penelitian NASA pada Maret 2016. Ada Septinus George Saa yang berhasil menjuarai kompetisi kelas dunia, First Step to Nobel Prize dalam bidang Fisika pada tahun 2004 saat masih menjadi pelajar SMA," tuturnya.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021