London (ANTARA News) - Kesamaan nilai-nilai demokrasi, penghormatan HAM, perkembangan ekonomi yang makin kuat menjadi dasar pengembangan hubungan Indonesia-Uni Eropa ke arah yang lebih erat dan strategis lagi.

Hal ini disampaikan Dubes RI untuk Arief Havas Oegroseno dihadapan anggota Parlemen Eropa dalam acara rapat dengar pendapat Indonesia-Uni Eropa di gedung Parlemen Eropa di pusat kota Brussels.

Sekretaris Ketiga Pensosbud/Diplik KBRI Brussel, Royhan N Wahab kepada ANTARA London pada Senin mengatakan, dalam pertemuan tersebut Dubes Oegroseno menyampaikan perkembangan terkini yang dicapai Indonesia dari berbagai aspek.

Paparan tersebut menjadi masukan bagi rencana kunjungan Ketua Delegasi Parlemen Eropa untuk negara-negara Asia Tenggara dan ASEAN, Dr Werner Langen, bersama anggota Parlemen Eropa yang akan ke Indonesia Februari tahun depan.

Kunjungan ini adalah hasil tindak lanjut pertemuan empat mata Dubes Oegroseno dengan Dr Werner Langen yang dilakukan Oktober lalu, dua minggu setelah kehadiran Dubes Oegroseno di Brussel.

Dalam paparannya, Dubes RI menyatakan Indonesia membuktikan berbagai ramalan sejumlah kalangan tidak terbukti sama sekali.

Ramalan Gubernur Jenderal Van Mook yang menyebutkan Indonesia baru siap merdeka pada tahun 2042 dan juga ramalan pakar Barat Indonesia akan mengalami Balkanisasi setelah mengalami krisis 1998 sama sekali tidak terbukti. Malah sebaliknya, Indonesia semakin kuat, ujarnya.

Dubes Oegroseno mengutip hasil penelitian Standard Chartered berjudul "The Super-Cycle Report" yang dirilis November 2010 yang menyebutkan tahun 2030 "Indonesia will be the region's star performer; the 28th largest economy in 2000, it may be the world's 10th largest in 2020 and fifth-largest in 2030".

Disebutkan perekonomian Indonesia akan mencapai 9,3 triliun dollar AS yang menempatkan Indonesia di atas negara-negara seperti Jepang, Jerman, Perancis, dan bahkan Inggris.

Dubes Oegroseno juga mengutip Carnegie Endowment for International Peace yang menyebutkan Indonesia sebagai "the world's economic balance of power is shifting rapidly and substantially from G7 countries toward emerging economies in Asia and Latin America".

Indonesia pada tahun 2050 akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia bersama-sama Brazil, Russia, India, China, dan Mexico.

Anggota Parlemen Eropa memberikan apresiasi yang tinggi terhadap perkembangan politik dan ekonomi Indonesia pasca 1998 dan menilai Indonesia adalah negara dengan peran regional dan global yang perlu menjadi mitra Uni Eropa secara lebih erat lagi.

Ekstrimisme

Dalam kesempatan itu Dubes juga menyinggung perlunya Indonesia-Uni Eropa bekerja sama dalam menghadapi ekstrimisme.

Dikatakannya Eropa dapat belajar budaya toleransi Indonesia yang menjadi akar budaya bangsa yang mampu membuat Indonesia menjadi negara demokrasi terbesar ketiga dunia yang pada saat sama negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Dubes RI menyatakan perlunya Uni Eropa melihat masalah kampanye anti-kelapa sawit secara obyektif mengingat 42 persen kebun kelapa sawit dimiliki petani kecil yang peningkatan kesejahteraan dan pendapatnnya sangat didukung oleh produksi kelapa sawit.

Terkait dengan Perjanjian Kerja Sama Komprehensif (Comprehensive Partnership Agreement/PCA) antara Indonesia dan Uni Eropa yang ditandatangani November tahun lalu merupakan living document yang perlu dikembangkan dari waktu ke waktu.

Dalam acara diskusi, selain masalah perekonomian Indonesia-Uni Eropa, hal-hal yang banyak menjadi perhatian Parlemen Eropa adalah masalah desentralisasi, otonomi daerah dan peranan wanita dalam kehidupan politik di Indonesia.

(ZG/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010