Bangkok (ANTARA News) - Cucu pemimpin junta Myanmar ingin rezim militer mengajukan penawaran 1 miliar dolar AS untuk membeli raksasa Liga Inggris, Manchester United, demikian bocoran kawat diplomatik AS yang disiarkan WikiLeaks.

Tidak yakin langkah itu bakal terwujud, Jendral Senior Than Shwe --santer disebut penggemar setia Red Devils -- malah membuat liga sepakbola nasional, lapor kawat diplomatik dari Yangon untuk Washington, bertanggal Juni 2009 itu.

"Salah seorang sumber terpercaya melaporkan bahwa si cucu ingin Than Shwe mengajukan penawaran senilai satu miliar (dolar) kepada Manchester United," kutip kawat diplomatik itu.

"Jendral Senior menganggap pengeluaran sebesar itu bisa terlihat buruk, makanya dia memilih mendirikan sebuah liga sepakbola sendiri untuk Burma," demikian laporan itu menggunakan nama depan orang kuat Myanmar itu.

Pada Januari 2009, Than Shwe memerintahkan kroni-kroninya dan pengusaha untuk menjadi pemilik tim-tim olahraga profesional yang baru, dengan menawari insentif seperti permata dan tambang batu giok.

"Tidak jelas apakah ada motivasi politik di balik MNL (Liga Sepakbola Nasional Myanmar), kendati banyak pengusaha Burma berspekulasi bahwa rezim itu menggunakan liga itu sebagai satu cara untuk mengalihkan perhatian orang dari masalah politik dan ekonomi yang terjadi," tulis memo diplomatik yang dibocorkan WikiLeaks itu.

Satu kawat berikutnya mencatat bahwa cucu Than Shwe adalah juga pemain bola yang bermain untuk tim Delta United yang dimiliki pengusaha Zaw Zaw, yang perusahaan-perusahaannya menjadi sasaraan sanksi AS.

Zaw Zaw, juga kepala Federasi Sepakbola Myanmar, digambarkan sebagai "salah seorang dari beberapa kroni level menengah yang aktif berupaya menjilat rezim itu dan memanfaatkan ikatan ke pemerintahnya untuk memperluas lembaga-lembaga komersialnya".

Menurut salah seorang sumber terpercaya yang tetap dibiarkan anonim oleh WikiLeaks, Zaw Zaw dan cucu Than Shwe yang menawari ide liga sepakbola profesional itu, namun mesti menyakinkan terlebih dahulu dukungan dari Jendral Senior.

Myanmar, yang diperintah militer sejak 1962, menyelenggarakan pemilu pertama kali dalam 20 tahun pada 7 November, namun dikesampingkan oleh negara-negara Barat karena dianggap hanya melanggengkan kekuasaan militer.

Than Shwe, jenderal penyendiri berusia 77 tahun yang mantan tukang pos kemudian menjadi perwira perang psikologis itu, tidak mencalonkan diri pada pemilu namun dia bisa menjadi presiden lewat parlemen. (*)

AFP/AR09

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010