minyak kemungkinan akan tetap di bawah tekanan
Singapura (ANTARA) - Harga minyak jatuh sekitar 1 dolar AS di perdagangan Asia pada Senin, memperpanjang kerugian setelah eksportir utama dunia Arab Saudi memangkas harga kontrak minyak mentah untuk pasar Asia selama akhir pekan, mencerminkan pasar global mendapatkan pasokan dengan baik dan memicu kekhawatiran atas prospek permintaan.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November turun 98 sen atau 1,4 persen, menjadi 71,63 dolar AS per barel pada pukul 06.13 GMT. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk penyerahan Oktober berada di 68,34 dolar AS per barel, turun 95 sen atau 1,4 persen.

Raksasa minyak kerajaan Arab Saudi, Saudi Aramco memberi tahu pelanggan dalam sebuah pernyataan pada Minggu (5/9/2021) bahwa mereka akan memotong harga jual resmi (OSP) Oktober untuk semua kadar minyak mentah yang dijual ke Asia, wilayah pembelian terbesarnya, setidaknya 1 dolar AS per barel. Pemotongan harga itu lebih besar dari yang diharapkan, menurut jajak pendapat Reuters di antara penyulingan Asia.

"OSP ke Asia bearish, menandakan permintaan yang lebih lemah dan potensi pasokan yang lebih tinggi," kata analis Energy Aspects, Virendra Chauhan.

Pasokan minyak global meningkat karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, dikenal sebagai OPEC+, meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari per bulan antara Agustus dan Desember.

“Mengingat OPEC+ melanjutkan rencananya untuk meningkatkan produksi bulanan, meskipun data dari China lemah dan AS meningkatkan kekhawatiran perlambatan, serta Arab Saudi mencari pangsa pasar di kawasan itu, minyak kemungkinan akan tetap di bawah tekanan,” kata Jeffrey Halley, seorang analis pasar senior untuk Asia Pasifik di broker OANDA.

Penurunan minyak mentah berjangka menambah penurunan pada Jumat (3/9/2021) setelah laporan pekerjaan AS yang lebih lemah dari yang diperkirakan mengindikasikan pemulihan ekonomi yang tidak merata, yang dapat berarti permintaan bahan bakar lebih lambat selama kebangkitan kembali dari pandemi.

Namun penurunan harga minyak dibatasi oleh kekhawatiran bahwa pasokan AS akan tetap terbatas setelah Badai Ida.

Pemerintah AS melepaskan minyak mentah dari cadangan minyak strategis karena produksi di Pesisir Teluk AS sedang berupaya untuk pulih. Sekitar 1,7 juta barel minyak dan 1,99 miliar kaki kubik produksi gas alam tetap offline, data pemerintah yang dirilis pada Jumat (3/9/2021) menunjukkan, sementara kekurangan pasokan listrik menghambat beberapa kilang untuk melanjutkan operasi.

Badai Ida juga menyebabkan perusahaan-perusahaan energi AS pekan lalu memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi untuk pertama kalinya dalam lima minggu, data dari Baker Hughes menunjukkan pada Jumat (3/9/2021). Jumlah rig minyak turun paling banyak sejak Juni 2020.

Baca juga: Minyak terus melemah setelah Saudi pangkas harga untuk pasar Asia
Baca juga: Harga minyak naik, ditopang persediaan AS turun dan keputusan OPEC+
Baca juga: Minyak stabil setelah OPEC+ setuju tingkatkan produksi secara bertahap

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021