London (ANTARA) - Kurs dolar AS menguat pada perdagangan Senin, kembali pulih dari kerugian berkelanjutan setelah laporan pekerjaan AS yang buruk minggu lalu, dibantu oleh imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih kuat.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang rivalnya, naik tipis 0,1 persen menjadi 92,23, setelah merosot ke 91,941 untuk pertama kalinya sejak 4 Agustus pada Jumat (3/9/2021), ketika laporan ketenagakerjaan AS menunjukkan angka penciptaan lapangan kerja di ekonomi terbesar dunia itu paling sedikit dalam tujuh bulan terakhir hingga Agustus.

Tetapi laporan pekerjaan yang lemah tidak memicu gelombang baru penjualan dolar pada Senin, karena greenback menghabiskan sesi Asia dengan didorong lebih tinggi terhadap para pesaingnya, menyebabkan beberapa mata uang utama termasuk euro dan dolar Australia kembali ke level sebelum laporan pekerjaan Jumat (3/9/2021).

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10-tahun yang menguat ke level tertinggi lebih dari satu minggu juga mendorong dolar lebih tinggi. Pasar AS yang ditutup untuk liburan Hari Buruh juga berkontribusi pada volume yang lebih rendah.

Sementara para analis masih bearish tentang prospek greenback dengan ahli strategi Citibank memperkirakannya akan melemah dalam beberapa bulan mendatang karena Fed menunda rencana tapering (pengurangan pembelian obligasi) hingga November, para hedge fund diam-diam meningkatkan taruhan bullish.

Data terbaru menunjukkan mereka telah meningkatkan taruhan pada greenback versus euro selama dua minggu berturut-turut, meningkatkan taruhan bersih ke level tertinggi sejak Maret 2020.

Sebagian besar kenaikan dolar AS difokuskan pada dolar Australia yang melemah 0,17 persen menjadi 0,7435 dolar AS menjelang keputusan bank sentral pada Selasa, di mana para analis tetap terpecah tentang apakah bank sentral, Reserve Bank of Australia, akan menunda rencana stimulusnya.

National Australia Bank memperkirakan bank sentral akan mengurangi pembelian aset lagi, "meskipun pandangan tapering di tengah penguncian yang berlarut-larut berarti kemungkinan akan menjadi keputusan yang ketat," tulis analis NAB Tapas Strickland dalam sebuah laporan.

Euro juga gagal memperpanjang kenaikannya pada Senin, setelah naik di atas level 1,19 dolar AS untuk pertama kalinya sejak akhir Juli. Euro diperdagangkan 0,1 persen lebih lemah pada 1,1873 dolar AS sebelum keputusan kebijakan Bank Sentral Eropa pada Kamis (9/9/2021).

Para ekonom menganggap masih terlalu dini bagi ECB untuk menghentikan stimulus darurat, tetapi bisa setuju untuk memperlambat laju pembelian obligasi setelah inflasi kawasan euro melonjak ke level tertinggi 10-tahun pada 3,0 persen minggu lalu.

Di pasar mata uang kripto, Bitcoin hampir datar di 51.785,60 dolar AS, setelah sebelumnya menyentuh 51.920 dolar AS, level yang tidak terlihat sejak 12 Mei. Ether saingan Bitcoin yang lebih kecil diperdagangkan sedikit berubah pada 3.942,77 dolar AS setelah mencapai 4.000 dolar AS minggu lalu untuk pertama kalinya sejak pertengahan Mei.

Baca juga: Dolar dekat terendah sebulan karena spekulasi pengurangan stimulus Fed
Baca juga: Dolar jatuh untuk hari ke-4 setelah laporan pekerjaan AS mengecewakan
Baca juga: Dolar kehilangan arah, pelaku pasar tunggu Fed tetapkan kebijakan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021