Kuala Lumpur (ANTARA) - Gerakan Reset Malaysia (Reset) yang merupakan koalisi 116 lembaga swadaya masyarakat (LSM) mengatakan mereka menyayangkan pengangkatan mantan perdana menteri Malaysia Muhyiddin Yassin sebagai ketua Majelis Pemulihan Negara (MPN) oleh PM Ismail Sabri.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Direktur Reset Malaysia, Dr. Abu Hafiz Salleh Hudin, di Kuala Lumpur, Senin, usai menyerahkan memorandum ke Kantor Penjaga Segel Agung Para Raja.

Ketua Sekretariat Reset Malaysia, Dr. Nurul Ashikin Mabahwi, ​​​​​​​yang mendampingi Abu Hafiz mengatakan pengangkatan seorang yang terbukti gagal sebagai ketua MPN sebelumnya sangat mengecewakan semua pihak, terutama masyarakat yang menuntut perubahan kebijakan administrasi dalam pengendalian penyebaran COVID- 19.

"Muhyiddin sudah gagal ketika menjadi ketua MPN sebelumnya, jadi kami tidak melihat alasan mengapa kami perlu menempatkan seorang ketua yang gagal sebelumnya untuk memerintah negara selama pandemi sebagai ketua MPN lagi," kata Nurul.

Baca juga: Muhyiddin Yassin jadi Ketua Majelis Pemulihan Negara Malaysia

Dia mengatakan pihaknya merekomendasikan Mahathir Mohamad sebagai ketua MPN.

Dia mengatakan nota restrukturisasi MPN perlu diperluas ke masing-masing penguasa Melayu agak restrukturisasi MPN dapat didengar.

"Kami kecewa pemerintah saat ini hanya memikirkan posisi politik dan kekuasaan. Pemerintah perlu lebih memikirkan nasib 18.000 anggota keluarga yang kehilangan nyawa karena COVID-19 daripada posisi dan kekuasaan politik mereka," kata Nurul.

Abu Hafiz menambahkan penyerahan nota kesepahaman tersebut merupakan tindak lanjut dari nota yang diserahkan kepada Raja Yang di-Pertuan Agong di Istana Negara beberapa pekan lalu.

Sebelumnya, kritik terhadap pengangkatan Muhyiddin juga disampaikan oleh pengurus Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM), salah seorang pejabat UMNO dan pengurus Partai Pejuang.

Baca juga: Linimasa pengunduran diri Muhyiddin Yassin sebagai PM Malaysia
Baca juga: Muhyiddin Yassin menyerahkan surat pengunduran diri ke Raja

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021