Jakarta (ANTARA News) - Petenis senior Yayuk Basuki mengatakan, komitmen dan pola pikir para atlet muda masa kini perlu dibenahi secara serius mengingat hal itu berpengaruh kepada prestasi yang dicapai.

"Ada dua hal pokok yang harus dibenahi dari para atlet muda kita, yaitu komitmen dan pola pikir (mind set) mereka. Dua hal ini yang teramat berpengaruh pada prestasi yang dicapai," ujar Yayuk Basuki di Jakarta, Selasa.

Hal itu dikatakan Yayuk Basuki selaku salah satu narasumber dalam acara seminar "Evaluasi Prestasi Asian Games dan Tinjauan (Outlook) Prestasi Olahraga Tahun 2011" yang diselenggarakan LKBN ANTARA dalam rangka HUT ke-73.

Mengenai komitmen, Yayuk memaparkan di kalangan atlet muda masa kini terjadi krisis komitmen yaitu keseriusan menekuni profesi sebagai seorang atlet, sedangkan mengenai pola pikir adalah tujuan utama menjadi atlet.

"Ketika saya masih jadi atlet berprestasi, kala itu saya merasa memiliki tanggungjawab besar untuk menggapai prestasi dan meraih sukses. Saya merasa belum apa-apa kalau baru memenangkan pertandingan di babak-babak awal dan belum menjadi juara."

"Saya sejak kecil berlatih tenis hanya dengan satu tujuan to be champions (untuk menjadi juara), tidak ada tujuan-tujuan lain," urainya.

Tapi sekarang Yayuk melihat banyak atlet muda dari berbagai cabang olahraga yang menekuni profesi atlet dengan tujuan utamanya adalah untuk mencari uang.

"Seharusnya ada rasa malu ketika kita di babak-babak awal sudah kalah atau belum bisa juara. Tapi sekarang mereka santai-santai saja bahkan masih bisa tertawa lepas meskipun baru saja kalah," ujar Yayuk yang peraih medali emas Asian Games 1998 di Bangkok.

Lebih jauh Yayuk yang pernah menembus perempatfinal Grand Slam Wimbledon ini menyoroti disiplin atlet yang dinilainya begitu lemah seperti ketika berlatih.

Digambarkannya, banyak atlet muda yang tidak berkonsentrasi penuh dan berdisiplin tinggi saat latihan seperti sambil memainkan alat-alat telefon genggam yang dianggap trend.

Selain lemahnya kedua sisi tersebut, Yayuk juga menyoroti pemerintah dan para pengelola olahraga yang cenderung memilih atlet ke multi event secara instan dan lebih membebani dengan pencapaian target tertentu.

Yang lebih tragis lagi, meski dirinya sudah menginjak usia 40 tahun tetapi masih saja diandalkan untuk tampil di sebuah multi event.

"Karena berpikir secara instan, akibatnya guna mencapai tujuan meraih gelar juara umum seperti di SEA Games maka prestasi dicapai dengan cara akal-akalan. Saya sendiri sangat miris kenapa saya masih harus dipanggil lagi untuk memperkuat Timnas (ke Asian Games). Tapi saya punya prinsip, saya lebih suka tidak dipilih daripada saya menolak tugas negara," demikian Yayuk Basuki.

(ANT-132/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010