Jakarta (ANTARA) - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes RI dr. Cut Putri Arianie, MHKes mengatakan untuk mencegah anak menderita kanker diperlukan promosi kesehatan dalam bentuk penyampaian informasi dan edukasi terkait kanker anak agar masyarakat dan orang tua bisa melakukan deteksi dini terhadap anak mereka.

"Penanganan kanker anak tidak bisa dilakukan seperti penanganan kanker orang dewasa, karena membutuhkan keahlian khusus," kata Cut Putri dalam webinar bertema "Mengurai Permasalahan Kanker Anak di Indonesia" yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu.

Saat ini, kata dia, satu dari lima anak Indonesia yang menderita kanker tidak dapat ditolong dan dua pertiga yang mampu bertahan, menderita dalam jangka panjang.

Baca juga: Keterlambatan diagnostik kendala penanganan kanker pada anak

Sementara Ketua Pokja UKK Hematologi/Onkologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr. Bambang Sudarmanto, SpA(K), MARS menambahkan dari sekitar 4.000 dokter anak di Indonesia, hanya 50 dokter anak yang memiliki keahlian dalam penanganan kanker.

"Hanya ada lima puluh dokter anak konsultan kanker anak," kata Bambang.

Kondisi itu diperburuk dengan penyebaran dokter yang belum merata atau hanya terpusat di Pulau Jawa, padahal jumlah penderita kanker anak jumlahnya 20 persen dari total jumlah penderita kanker.

Sebagian besar penderita kanker anak, menurut Bambang, dapat diobati dengan kemoterapi dan sebagian dengan bedah dan radioterapi. Namun, tambahnya, penyebab kematian akibat kanker anak sering terjadi akibat keterlambatan diagnosa, terjadinya hambatan akses fasilitas layanan kesehatan dan kasus henti pengobatan akibat kurangnya pengetahuan.

Baca juga: Waspada kanker tulang pada anak, lutut bengkak dan nyeri jangan diurut
Baca juga: Pola hidup sehat dan vaksinasi cegah kanker pada anak

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021