Kalau tren ini terus terjaga di bulan Oktober 2021, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga tahun ini
Jakarta (ANTARA) - Mobilitas masyarakat kian meningkat semenjak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dilonggarkan, terutama pergerakan masyarakat kelas menengah.

Masyarakat dari golongan tersebut seakan membalaskan dendam, lantaran sudah cukup lama mengunci diri di dalam rumah saat penerapan PPKM Darurat pada bulan Juli lalu.

Dengan peningkatan mobilitas tersebut, tren belanja masyarakat pun mengalami kenaikan yang signifikan, salah satunya tercermin dari Mandiri Spending Index, baik secara frekuensi maupun nilai belanjanya.

Indeks frekuensi belanja naik ke level 104,8, kembali di atas level pra pandemi, yang mengindikasikan mobilitas masyarakat yang semakin meningkat, sementara indeks nilai belanja juga naik ke level 89,5.

"Kalau dilihat lebih detail, belanja kelompok menengah terus mengalami kenaikan yang cukup dramatis belakangan ini," ujar Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono.

Per 29 Agustus 2021, belanja masyarakat kelas menengah terlihat sudah kembali lagi ke level sebelum PPKM atau di awal Juli 2021, dan di saat bersamaan belanja masyarakat kelas bawah dan kelas atas juga mulai kembali pulih.

Pergerakan kelas menengah penting untuk diamati karena kontribusinya terhadap konsumsi nasional yang mencapai 50 persen, sehingga pertumbuhan dan pemulihan dari belanja golongan tersebut menjadi perhatian.

Karena belanja kelas menengah sudah kembali normal, maka Teguh menilai belanja-belanja yang terkait dengan kebutuhan sekunder juga mengalami perbaikan, salah satu contohnya belanja yang terkait dengan restoran yang sudah mulai kembali ke level sebelum pandemi di 2020, serta belanja ritel yang menunjukkan tanda-tanda berbalik arah dalam periode akhir Agustus 2021 ini.

Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia (BI) telah memperkirakan kinerja penjualan ritel pada Agustus 2021 akan membaik jika dibandingkan Juli 2021 dan Agustus 2020.

Indeks Penjualan Riil (IPR) Agustus 2021 diperkirakan sebesar 195,5 atau secara bulanan tumbuh 4,3 persen, setelah sebelumnya terkontraksi lima persen.

Mayoritas kelompok diprediksikan mengalami pertumbuhan, terutama kelompok suku cadang dan aksesoris, serta bahan bakar kendaraan bermotor masing-masing 24,9 persen secara bulanan (month-to-month) dan 13,49 persen (mtm), dari yang tercatat kontraksi 24,7 persen (mtm) dan 22 persen (mtm) pada bulan sebelumnya.

Responden survei menyampaikan peningkatan tersebut diindikasi sejalan dengan aktivitas yang mulai meningkat, seiring dengan pelonggaran PPKM di beberapa wilayah.

Pertumbuhan kinerja penjualan juga diperkirakan terjadi pada kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya sebesar 17,3 persen (mtm), setelah sebelumnya kontraksi 19,5 persen (mtm), sejalan dengan permintaan dalam negeri yang meningkat dan kondisi musim/cuaca yang mendukung.

Dengan adanya peningkatan belanja kelas menengah, Mandiri Institute mencatat konsumsi terkait rekreasi, kebutuhan rumah tangga, dan kebutuhan tersier lainnya tumbuh dengan cepat.

Pada kelompok belanja rekreasi atau leisures, peningkatan cepat terutama terjadi pada belanja kebutuhan olahraga, fesyen, perhiasan, kebutuhan untuk hobi, telepon genggam, dan elektronik, yang mengindikasikan kepercayaan masyarakat yang semakin membaik, serta aktivitas di luar rumah yang semakin tinggi, salah satunya kegiatan olahraga.

Memasuki minggu pertama September 2021, angka kunjungan ke tempat belanja memang terus membaik, antara tanggal 29 Agustus sampai 5 September 2021, angka kunjungan ke tempat belanja mencapai 68 persen di jam sibuk, angka tersebut sudah di atas periode awal PPKM Darurat.

Berdasarkan wilayahnya, angka kunjungan ke tempat belanja di Jakarta pada awal September 2021 terus naik dan tertinggi di antara sembilan kota besar lainnya, yakni naik menjadi 78 persen dari 60 persen pada awal Juli 2021.

Tren kenaikan kunjungan ke tempat belanja tersebut diikuti dengan Bekasi yang naik menjadi 70 persen, Tangerang 69 persen , Bogor 68 persen, Bandung 68 persen, Surabaya 68 persen, Medan 61 persen, Denpasar 59 persen, dan Makassar 52 persen.

Kenaikan angka kunjungan ke tempat belanja di seluruh wilayah Indonesia tersebut, didorong oleh kunjungan ke supermarket dan mal masing-masing meningkat hingga 72 persen dan 67 persen selama 29 Agustus sampai 5 September 2021.

Jika dilihat dari peningkatan belanja masyarakat, kunjungan ke pusat perbelanjaan dan kunjungan ke restoran, Teguh memperkirakan pemulihan ekonomi di triwulan III-2021 akan semakin solid dan diharapkan akan berlanjut hingga triwulan IV-2021.

Dengan demikian, seluruh pihak baik pemerintah, masyarakat, pelaku usaha, dan lain-lain harus bisa menjaga keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi, agar Indonesia bisa segera puih dan bangkit dari pandemi COVID-19. Pengutamaan kesehatan melalui penerapan PPKM pada akhirnya akan berbuah manis untuk ekonomi domestik.


Perputaran uang

Pengamat Ekonomi IndiGo Network Ajib Hamdani berpendapat mobilitas orang yang sudah menggeliat sejak Agustus dan berlanjut di September 2021 akan memberikan sentimen positif terhadap pergerakan uang, sehingga ekonomi akan mengalami pergerakan positif.

"Kalau tren ini terus terjaga di bulan Oktober 2021, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga tahun ini," ucap Ajib.

Perputaran uang mulai meningkat seiring masyarakat yang sudah perlahan membelanjakan uangnya, dari yang sebelumnya mayoritas pendapatan masyarakat disimpan di tabungan untuk berjaga-jaga di tengah ketidakpastian COVID-19.

Hal ini terlihat dari Survei Konsumen (SK) BI yang melaporkan rata-rata proporsi pendapatan konsumen yang digunakan untuk konsumsi atau average propensity to consume ratio pada Agustus 2021 naik dari 74,6 persen menjadi 75 persen.

Peningkatan proporsi konsumsi tersebut diikuti dengan meningkatnya rata-rata rasio pembayaran cicilan atau utang alias debt to ratio pada Agustus 2021 dari 10,39 persen menjadi 10,4 persen.

Sementara itu, rata-rata proporsi tabungan terhadap pendapatan konsumen atau saving to income pada bula Agustus 2021 menurun dari 15,1 persen menjadi 14,6 persen.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, peningkatan rata-rata porsi konsumsi terhadap pendapatan terjadi pada mayoritas kategori pengeluaran, terutama pada responden dengan pengeluaran Rp3,1 juta sampai Rp4 juta per bulan.

Penurunan porsi tabungan terhadap pendapatan juga terutama terjadi pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp3,1 juta-Rp4 juta per bulan.

Dengan perputaran uang yang mulai membaik saat ini, Ajib memperkirakan target pemerintah secara agregat untuk ekonomi bisa tumbuh di kisaran empat persen pada akhir 2021 pun bisa tercapai.

Maka dari itu, ia menilai pemerintah harus terus konsisten mendorong kebijakan yang menjadi jalan tengah untuk keselamatan kesehatan dan perbaikan ekonomi tanah air.

Baca juga: Presiden dorong para pengusaha tetap optimistis pulihkan ekonomi
Baca juga: Mandiri Institute : Tren belanja pada awal tahun membaik
Baca juga: Bank Mandiri perkirakan ekonomi triwulan III 2021 tumbuh 3,5 persen


 

Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021