Beijing (ANTARA News/AFP) - Lima ribu lebih umat Islam telah mengalir ke jalanan ibukota wilayah Xinjiang, China, yang bergolak untuk berbelasungkawa atas meninggalnya seorang tokoh penting agama itu di tengah kehadiran besar-besaran polisi.

Mahemuti, mullah masjid Hantenggeli -- juga dikenal sebagai Masjid Besar Pintu Selatan -- meninggal Kamis yang menimbulkan curahan dukacita oleh para pengikut Muslim di ibukota daerah itu, Urumqi.

"Sekitar 5.000 Muslim yang berdukacita telah datang ke masjid itu Kamis untuk berkabung atas kepergiannya," kata seorang pejabat masjid, yang memperkenalkan dirinya hanya sebagai Gelimu, pada AFP melalui telpon, Ahad. Mahemuti meninggal karena penyakit jantung.

Masjid itu berada di pusat kerusuhan etnik antara minoritas Uighur Xinjiang dan mayoritas Han China di Urumqi pada Juli 2009 yang menyebabkan hampir 200 orang tewas dan 1.700 orang terluka, menurut hitungan resmi.

Pemerintah China mempersalahkan kerusuhan itu pada "separatis" tapi tidak memberikan bukti mengenai serangan yang diorganisasikan itu. Lebih dari 25 orang telah dieksekusi atau menerima hukuman mati atas keterlibatan mereka dalam kekerasan itu, kata media pemerintah.

Gelimu mengatakan bahwa parade dukacita Kamis damai dan bahwa kehadiran besar polisi sebagian besar dimaksudkan untuk mengatur lalulintas saat jenasah mullah dibawa untuk dimakamkan.

Menurut Pusat Informasi untuk Hak Asasi Manusia dan Demokrasi yang bermarkas di Hong Kong, 1.000 lebih polisi bersenjata melaksanakan undang-undang perang di Urumqi tengah di sekitar masjid itu menyusul wafatnya mullah.

Mahemuti, 75, telah menjadi pemimpin penting Muslim selama 30 tahun lebih dan dikenal di seluruh Xinjiang, kata pusat tersebut.

Polisi telah meningkatkan pengawasan pada kegiatan perkabungan di seluruh wilayah itu, khawatir bahwa ketegangan etnik yang membara dapat memicu kerusuhan baru.

Wilayah Xinjiang yang jauh di barat, tempat masyarakat Uighur telah lama mendidih di bawah pemerintah China, telah mengalami beberapa penderitaan hebat karena kerusuhan dalam beberapa tahun belakangan ini.

Pada Agustus, tujuh orang tewas ketika seorang pria mengendarai sebuah kendaraan yang dimuati bahan peledak ke kerumunan massa di pinggiran Aksu, sebuah kota dekat perbatasan China dengan Kirgyzstan, kata beberapa pejabat pada waktu itu. (S008/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010