Rembang (ANTARA News) - Ratusan umat Kristiani di Gereja Katolik Santo Petrus dan Paulus Rembang, Jawa Tengah, merayakan Natal dengan cara yang unik, yakni dengan pementasan ketoprak dan musik gending usai misa Natal, Sabtu.

Pementasan ketoprak berjudul "Wiyosan Noto Agung" yang diperankan oleh 25 warga Katolik dan 20 anggota karawitan lintas agama itu pun digelar beberapa saat usai para jemaat mengikuti Misa Natal.

Menurut sutradara ketoprak Gereja Katolik Santo Petrus, Karyono, pementasan ketoprak ini memang baru pertama kalinya dilakukan oleh warga Katolik Petrus dan Paulus Rembang.

"Tujuan kami untuk memberikan hiburan kepada seluruh warga Rembang. Kami ingin berbagi kebahagiaan damai di bumi dan di hati, menyertai perayaan Natal tahun ini," katanya.

Mengenai cerita dalam lakon "Wiyosan Noto Agung", Karyono mengatakan, tidak ada hubungannya dengan Alkitab.

Ia menjelaskan, lakon ketoprak yang dimainkan itu merupakan cerita carangan tentang dua Kerajaan Palimengan (kejahatan) dan Karang Tumaritis (kebaikan).

Raja Palimengan bernama Pamikoro tidak suka dengan Raja Karang Tumaritis, Raden Pamarta.

"Inti cerita secara sederhana adalah menggambarkan kejahatan melawan kebaikan. Namun kebaikan tidak akan pernah dikalahkan oleh kejahatan," katanya.

Christian Lilik Budi D., salah seorang pelakon, mengatakan bahwa Romo Eko Winarno PR dan Romo Tri Budi Widiyanto juga ikut menjadi pelakon dalam pementasan ketoprak itu.

"Meski baru berlatih selama satu bulan terakhir, kami harap pementasan ini bisa menghibur warga Rembang," katanya.

Agus, warga Gereja Santo Petrus dan Paulus mengatakan anggota pengiring karawitan memang 90 persen adalah insan nonKatolik. Namun, ia mengatakan pengrawit setiap Jumat Kliwon biasa mengiringi misa.

"Kerukunan umat beragama di sini tidak hanya sebatas slogan. Tapi benar-benar terlaksana dalam tindakan," katanya menambahkan.
(ANT/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010