London (ANTARA News) - Kelompok-kelopmok termasuk PBB, Universitas Harvard, Google Inc dan organisasi yang didirikan aktor Hollywood George Clooney meluncurkan proyek penggunaan satelit untuk mengawasi Sudan karena kejahatan perang sebelum pemungutan suara yang bisa memecahkan negara Afrika itu menjadi dua.

Reuters melaporkan "Satellite Sentinel Project," dimulai Rabu (28/12). Proyek itu bertujuan untuk menyediakan "sistem peringatan dini" bagi hak asasi manusia dan pelanggaran keamanan sebelum referendum pada 9 Januari.

"Kami ingin membiarkan pelaku kejahatan genosida dan kejahatan perang lain tahu bahwa kami mengawasi, dunia mengawasi," kata Clooney dalam suatu pernyataan, seperti dikutip Reuters.

Proyek itu mendapatkan dana selama enam bulan dari Not On Our Watch. Organisasi itu didirikan oleh Clooney dan rekan-rekannya, aktor Don Cheadle, Matt Damon, Brad Pitt, David Pressman dan produser Jerry Weintraub.

Kelompok itu aktif mengumpulkan uang untuk membantu orang-orang terlantar di Darfur, daerah barat Sudan, yang rusak karena perang dan genosida.

Clooney mengatakan kepada majalah Time dalam artikel yang diposting di situs bahwa ide itu datang tiga bulan lalu saat dia di Sudan bertemu para pengungsi perang sipil.
Dia menyebutnya "paparazzi anti-genosida," menunjuk pada fotografer yang mengikuti para selebritis untuk mengambil gambar mereka.

Dibawah proyek itu, satelit komersial di atas bagian utara dan selatan Sudan akan memotret desa-desa yang dibakar dan dibom, gerakan massa, atau bukti lain dari kekerasan.

Program PBB UNOSAT akan mengumpulkan dan menganalisis gambar-gambar. Harvard Humanitarian Initiative akan melakukan riset, lebih banyak analisis dan bukti yang menguatkan dari laporan lapangan dari Enough Project yang anti-genosida.

Google dan Trellon Llc, perusahaan pengembang internet, merancang "platform" situs untuk akses publik pada informasi dengan tujuan menekan pemerintah Sudan dan kelompok lain.

Penduduk di wilayah selatan Sudan yang kaya minyak mengahrapkan voting untuk memisahkan diri dan membentuk negara baru dalam referendum yang merupakan bagian dari kesepakatan damai tahun 2005 untuk mengakhiri perang sipil antara utara dan selatan.

Sebelum referendum, kekerasan sudah terjadi. Minggu lalu, para anggota oposisi Partai Umma mengatakan mereka dipukul dan mendapat gas air mata dari polisi Sudan saat mereka meninggalkan pertemuan karena pergi ke masjid untuk mengikuti sholat Jumat.

Pada 24 Desember, Wakil Presiden Joe Biden menelepon Wakil Presiden Kedua Ali Osman Mohmed Taha untuk mengungkapkan keprihatinan Washington atas kekerasan menjelang pemungutan suara.

(ENY/S026)

Penerjemah:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010