Dalam kerangka mewujudkan ekosistem riset dan inovasi, perubahan paradigma pembangunan ekonomi menjadi suatu hal yang penting. Paradigma pembangunan ekonomi yang semula berbasis resource-driven economy perlu didorong untuk bergeser menjadi berbasis i
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa perubahan paradigma pembangunan ekonomi dari resource-driven economy (berbasis pemanfaatan sumber daya alam) perlu digeser menjadi innovation-driven economy (berbasis pemanfaatan inovasi teknologi).

“Dalam kerangka mewujudkan ekosistem riset dan inovasi, perubahan paradigma pembangunan ekonomi menjadi suatu hal yang penting. Paradigma pembangunan ekonomi yang semula berbasis resource-driven economy perlu didorong untuk bergeser menjadi berbasis innovation-driven economy,” kata Menko Airlangga dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.

Menko Airlangga menyebutkan beberapa hal yang dapat dilakukan dalam upaya pemulihan ekonomi berbasis riset dan inovasi, di antaranya mendorong riset ekonomi hijau melalui kegiatan-kegiatan yang mencakup pengembangan energi baru dan terbarukan, bahan bakar hijau (green fuel), sarana dan prasarana kendaraan listrik seperti Fast Charging Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).

Baca juga: Airlangga paparkan upaya pemerintah jaga dunia usaha di tengah pandemi

Kedua, mempercepat komersialisasi hasil riset dan inovasi melalui kerja sama dengan dunia usaha seperti industri dan UMKM, serta dengan lembaga penelitian lainnya.

“Upaya ini sangat penting dalam alih teknologi yang mengarah pada pemanfaatan teknologi modern yang mempunyai daya proses yang optimal,” ujar Airlangga.

Upaya ketiga adalah kemampuan teknologi informasi dalam pengembangan riset dan inovasi melalui pemanfaatan data online dan offline sehingga akan terjadi integrasi digital.

“Pengembangan riset dan inovasi sejalan dengan tren digitalisasi yang saat ini berkembang. Indonesia memiliki banyak potensi dan peluang yang harus dimanfaatkan, diantaranya adalah nilai transaksi ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai 124 miliar dolar AS atau setara Rp1.700 triliun pada tahun 2025,” ungkap Airlangga.

Baca juga: KSAL: Ekonomi segera pulih dengan capaian vaksinasi sesuai target

Airlangga menyampaikan saat ini ada 2 sektor ekonomi digital yang menjadi pendatang baru dan memiliki prospek pertumbuhan yang menjanjikan dalam lanskap ekonomi digital Indonesia, yakni Edutech dan Healthtech.

Pada tahun 2020, pengguna aktif aplikasi Edutech Indonesia tumbuh signifikan mencapai 200 persen dan jumlah penguna Healthtech (telemedicine) juga meningkat signifikan. Bahkan dalam 5 tahun ke depan, diprediksi pengguna telemedicine di Asia Pasifik akan meningkat sebesar 109 persen.

Berbagai studi menyatakan bahwa peluang ekonomi digital Indonesia masih terbuka lebar karena didukung oleh sejumlah faktor, seperti jumlah penduduk yang terbesar ke-4 di dunia, dengan jumlah penduduk usia produktif mencapai lebih dari 191 juta atau 70,7 persen yang ditopang oleh Generasi Z sebanyak 75,49 juta orang atau 27,94 persen dan Generasi Y/Milenial yang mencapai 69,90 juta jiwa atau 25,87 persen.

Selain itu, untuk mencapai target Indonesia dengan Produk Domestik Bruto terbesar ketujuh pada 2045 dengan rata-rata ekonomi tumbuh 5,7 persen per tahun, pemerintah telah menetapkan arah kebijakan dan strategi nasional pembangunan IPTEK 2020-2024.

“Akan berfokus pada peningkatan akselerasi ekosistem riset dan inovasi, peningkatan jumlah dan kualitas belanja Litbang, prioritas Rencana Induk Riset Nasional yang diharapkan bisa langsung bermanfaat untuk masyarakat serta pengembangan Research Power House,” tutur Airlangga.

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021