Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Hong Kong mengalokasikan dana investasi ke Indonesia senilai sekitar 50 miliar dolar AS sampai tahun depan, karena itu pemerintah Indonesia harus dapat memberikan berbagai kemudahan agar dana tersebut tidak pindah ke negara lain.

"Sampai saat ini sudah terserap sekitar 34 miliar dolar AS, dan masih sekitar 16 miliar dolar AS lagi yang belum terserap," kata Konjen RI Hong Kong Teguh Wardoyo, saat dihubungi ANTARA melalui telepon dari Jakarta, Kamis.

Indonesia, kata Teguh, masih sebagai bagian penting dari pemerintahan dan pebisnis di Hong Kong, karena potensi pasar di Indonesia dinilai cukup besar sejalan dengan majunya pembangunan infrastruktur di Indonesia.

"Itu pengakuan beberapa kalangan pebisnis di Hong Kong yang disampikan dalam berbagai pertemuan dengan Konjen RI," katanya seraya menambahkan banyak peluang usaha yang cukup prospektif akan dikembangkan di Indonesia.

Menyinggung bidang usaha yang akan digarap oleh investor asing, Teguh mengatakan, sampai saat ini sektor pertambangan dan pariwisata masih menjadi incaran investor Hong Kong mengingat kebutuhan akan bahan bakar khususnya gas dan batu bara terus akan naik dan harganyapun di pasar internasional terus meningkat.

"Jika anda melihat pembangunan infrastruktur di Hong Kong sangat luar biasa. Banyak gedung bercakar langit, dengan ketinggian lebih dari 400 m dan pabrik berdiri di mana-mana yang semua itu sangat tergantung dengan tersedianya pasok gas dan batu bara," katanya.

Teguh juga mengatakan, di Hong Kong ada forum pertemuan trade, tourism dan investment (TTI) yang berfungsi sebagai katalisator atau membantu memecahkan berbagai masalah atau hambatan investasi dan perdagangan Indonesia-Hong Kong.

Forum ini, katanya, sudah berjalan dua tahun dan sangat efektif membantu menyediakan informasi penting tentang berbagai peraturan dan perpajakan yang berlaku di Indonesia.

"Mereka kadang bertanya soal ketersediaan lahan, air dan pelabuhan termasuk soal perpajaknnya," katanya.

Pada kesempatan itu, Teguh juga menyinggung soal adanya surplus perdagangan Indonesia dan Hong Kong.

Selama ini, kata dia, Indonesia terus mengalami surplus perdagangan.

"Hong Kong dan Indonesia akan bekerjasama lebih jauh lagi untuk meningkatkan hubungan dagang dan Indonesia mengalami surplus," katanya.

Dikatakan, berdasarkan data Kemendag, ekspor Indonesia ke Hong Kong terdiri atas komoditi yang berasal dari sumber daya alam dan manufaktur.

Untuk komoditi ekspor manufaktur Indonesia ke Hong Kong antara lain, benang tenun, kain tekstil dan hasilnya adalah olahan bahan plastik, pakaian dan perangkatnya, sepatu dan alas kaki.

Sedangkan ekspor Indonesia yang berasal dari sumber daya alam antara lain ikan, kerang-kerangan, moluska dan olahan, kopi, teh, coklat dan rempah-rempah, kertas, kertas koran dan olahannya, logam tidak mengandung besi serta biji logam.

Diluar itu ada juga produk asal Indonesia yang diekspor ulang (re-ekspor) Hong Kong adalah mesin listrik dan perangkatnya, telekomunikasi dan perekam suara, benang tenun, kain tekstil dan hasilnya, mesin perkantoran, hasil manufaktur lain, pakaian dan perangkatnya.

Teguh mengharapkan agar hubungan dagang dan investasi kedua negara ke depan terus dioptimalkan, pihaknya sipa memfasilitasi dan membantu menyelesaikan berbagai maslaah yang timbul, demi terwujudnya hubungan dagang dan investasi yang saling menguntungkan kedua negara. (*)
(T.Y005/A025/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010