Pasar ekuitas juga sedikit lebih lemah karena data Sentimen Konsumen yang lemah hari ini
New York (ANTARA) - Wall Street berakhir turun tajam dalam aksi jual luas pada perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), mengakhiri seminggu yang diterpa data ekonomi kuat, kekhawatiran kenaikan pajak perusahaan, varian Delta COVID, dan kemungkinan perubahan dalam jadwal Federal Reserve (Fed) AS untuk pengurangan pembelian aset.

Indeks Dow Jones Industrial Average terpangkas 166,44 poin atau 0,48 persen, menjadi menetap di 34.584,88 poin. Indeks S&P 500 berkurang 40,76 poin atau 0,91 persen, menjadi berakhir di 4.432,99 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup merosot 137,96 poin atau 0,91 persen, menjadi 15.043,97 poin.

Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di wilayah negatif, dengan sektor material dan utilitas masing-masing turun 2,06 persen dan 1,59 persen, memimpin kerugian. Sementara itu, sektor perawatan kesehatan naik tipis 0,07 persen, merupakan satu-satunya kelompok yang memperoleh keuntungan.

Ketiga indeks utama saham AS melemah, dengan Indeks Nasdaq tertekan karena kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS membebani saham-saham pertumbuhan terkemuka di pasar.

Mereka juga membukukan kerugian mingguan, dengan indeks S&P menderita penurunan dua minggu terbesar sejak Februari.

Baca juga: Harga emas jatuh lagi, tertekan penguatan dolar dan fokus pasar ke Fed

"Pasar sedang berjuang dengan prospek kebijakan fiskal yang lebih ketat karena kenaikan pajak, dan kebijakan moneter yang lebih ketat karena tapering Fed," kata Kepala Investasi Lenox Wealth Advisors,  David Carter, di New York.

"Pasar ekuitas juga sedikit lebih lemah karena data Sentimen Konsumen yang lemah hari ini," tambah Carter. "Ini memicu kekhawatiran bahwa varian Delta dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi."

Potensi kenaikan pajak perusahaan dapat memakan pendapatan juga membebani pasar, ketika Demokrat terkemuka berusaha menaikkan tarif pajak tertinggi pada perusahaan menjadi 26,5 persen dari 21 persen saat ini.

Sementara sentimen konsumen stabil bulan ini tetap tertekan, menurut laporan University of Michigan, karena orang Amerika menunda pembelian sementara inflasi tetap tinggi.

Inflasi kemungkinan akan menjadi masalah utama minggu depan, ketika Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengadakan pertemuan kebijakan moneter dua hari. Pelaku pasar akan mengamati dengan cermat perubahan nuansa yang dapat menandakan pergeseran dalam jadwal pengurangan pembelian aset Fed.

Baca juga: Dolar menguat ke tertinggi 3 minggu, terkerek data baru ekonomi AS

"Sudah seminggu data ekonomi beragam dan kami fokus dengan jelas pada apa yang akan keluar dari pertemuan Fed minggu depan," kata Direktur Investasi Senior US Bank Wealth Management, Bill Northey, di Helena, Montana.

Produsen vaksin COVID Pfizer Inc dan Moderna Inc masing-masing turun 1,3 persen dan 2,4 persen, karena pejabat kesehatan AS memindahkan perdebatan tentang dosis booster ke panel ahli independen.

US Steel Corp anjlok 8,0 persen setelah meluncurkan rencana investasi pabrik mini senilai 3 miliar dolar AS.

Robinhood Markets Inc naik 1,0 persen setelah ARK Invest Cathie Wood membeli saham senilai 14,7 juta dolar AS di platform perdagangan.

Volume transaksi di bursa AS mencapai 15,51 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 9,70 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.

Baca juga: Harga minyak jatuh, setelah pasokan minyak AS kembali ke pasar
 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021