Medan (ANTARA) - Manuel Prima Siahaan, salah seorang atlet wushu andalan Sumatera Utara, siap tampil maksimal di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua dan membawa pulang medali untuk kontingennya.

"Tentunya untuk bisa meraih medali yang paling penting adalah persiapan. Nah persiapan itu sudah jauh-jauh hari dilaksanakan demi prestasi maksimal di PON Papua," katanya di Medan, Sabtu.

Pria yang dilahirkan di Medan 12 November 2001 itu pada PON Papua nanti akan turun di kelas sandha (tarung) 60kg. Saat ini ia terus fokus latihan di bawah binaan pelatih Salwi Simbolon dan Nerry Simanullang.

Anak dari pasangan Bangun Siahaan dan Tianur Napitupulu mulai mengenal olahraga bela diri wushu sejak umur 16 tahun, tepatnya saat menjadi pelajar SMK Negeri 1 Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara.

Prima tertarik dengan olahraga tersebut karena semua gerakan ada dan semua bagian tubuh bisa digunakan sehingga berbeda dengan bela diri lain.

Anak kedua dari empat saudara ini terus menimba ilmu bela diri asal Tiongkok ini dengan mengikuti seleksi PPLP Sumut 2017.

Baca juga: PBWI upayakan wushu tradisional dipertandingkan di PON

Ia pun lolos seleksi sehingga atlet yang berdomisili di Desa Lobu Siregar 2 Kecamatan Siborong-borong ini harus hijrah ke Medan untuk bergabung dengan atlet lainnya di PPLP Sumut di kecamatan Medan Sunggal.

Di PPLP Sumut pemilik tinggi 170 cm tersebut mendapat binaan untuk mengembangkan sayap di olahraga wushu nomor sanda dari pelatih Hotma Purba dan Noel Sirait.

Selama menjadi atlet wushu sanda dirinya telah membukukan prestasi antara lain meraih perak Kejurda Wushu Sanda Sumut 2018, emas Piala STOK Bina Guna Medan 2018, perak kejuaraan Wushu Piala Kapoldasu 2018.

Selain itu juga meraih medali emas dan dinobatkan sebagai atlet terbaik Kejuaraan Wushu tingkat Junior Pematangsiantar 2019, emas Kejurda Wushu Sumut 2019 dan perak di Pra PON Semarang 2019.

"Prestasi yang telah diraih Itu berkat hasil kerja keras saya dan motivasi dari pelatih serta dukungan kedua orang tua,” katanya.

Saat ini ia sedang menjalani Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda). Latihan terberat yang harus dijalani adalah latihan teknik dan fisik yang harus dijalani setiap Senin hingga Sabtu pada pagi dan sore.

"Paling berat memang latihan teknik karena sangat menguras tenaga. Sebab, saya bukan hanya mengeluarkan tenaga untuk menendang dan memukul lawan, tapi juga kena pukulan. Dengan latihan keras, stamina saya mudah-mudahan meningkat sehingga dapat tampil prima pada laga nanti," katanya.

Baca juga: Seraf Naro, juara dunia wushu yang bertekad raih emas dalam debut PON
Baca juga: Tim wushu Jatim targetkan lima medali emas di PON Papua
Baca juga: Jambi incar satu emas wushu dari PON Papua


 

Pewarta: Juraidi
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021