Jakarta (ANTARA) - Nestle sebagai salah satu perusahaan yang turut bergerak di bidang makanan dan minuman tengah bersiap melakukan transisi ke sistem pangan regeneratif yang bertujuan untuk melindungi dan memulihkan lingkungan, meningkatkan penghidupan petani dan meningkatkan kesejahteraan komunitas petani. 

Langkah itu diambil untuk membantu dunia mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) pada 2030 yang merupakan program gagasan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Kami mengerti bahwa pertanian regeneratif memainkan peran penting dalam meningkatkan kesehatan tanah, memulihkan siklus air dan meningkatkan keanekaragaman hayati untuk jangka panjang. Hasil-hasil ini membentuk fondasi produksi pangan berkelanjutan, dan yang terpenting, juga berkontribusi untuk mencapai target ambisius iklim kami,” kata Chairman Nestle Paul Bulcke dalam keterangannya, Sabtu.

Nestlé ikut ambil bagian dalam komitmen “UN Business Ambition for 1.5°C” dan merupakan salah satu perusahaan pertama yang menyampaikan rencana iklimnya yang terperinci dan terikat waktu pada Desember 2020.

Perusahaan itu sedang melakukan upaya-upaya untuk mengurangi separuh emisinya pada 2030 dan mencapai net-zero emisi karbon pada 2050.

“Dalam semangat melakukan transisi yang adil, sangat penting bagi kami untuk mendukung para petani di seluruh dunia yang mengambil berbagai risiko dan biaya terkait dengan gerakan menuju pertanian regeneratif,” kata CEO Nestle Mark Schneider.

Baca juga: Nestle Indonesia beri bantuan untuk PMI hadapi pandemi COVID-19

Sebesar 1,2 miliar Franc Swiss telah diinvestasikan oleh Nestle untuk lima tahun ke depan mendukung pertanian regeneratif di seluruh rantai pasok perusahaan, terutama untuk membantu para petani mengadopsi praktik regeneratif.

Misalnya seperti penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian mutakhir dan bantuan untuk proyek percontohan untuk menguji dan mempelajari cara terbaik memajukan pertanian regenerative.

Ada pun penerapan pertanian regeneratif yang disiapkan di antaranya meningkatkan keanekaragaman hayati, konservasi tanah, regenerasi siklus air dan integrasi ternak.

Di Indonesia, tim AgriService Nestlé memanfaatkan pengetahuan lokal untuk mengembangkan dua model tumpang sari kopi yang memperkuat penghidupan petani kecil dan meningkatkan kualitas bentang alam kebun kopi di Sumatera.

Untuk lima tahun ke depan, Tim AgriService mempromosikan tumpang sari kopi sebagai model praktik pertanian regeneratif untuk mencapai target Net Zero Nestlé.

Pertanian regeneratif berkontribusi pada sistem pangan regeneratif, yang harus adil dan transparan bagi semua peserta. Nestlé berkomitmen untuk mendukung peningkatan dan diversifikasi pendapatan petani melalui program keberlanjutannya. Lebih jauh, Nestlé akan menerapkan program pendapatan memadai yang baru bagi petani di rantai nilainya untuk membuat pertanian lebih menarik. Akhir tahun ini, Nestlé akan mengumumkan rencana khusus untuk rantai pasok kopi dan kakaonya.

Untuk mendukung kaum muda yang bersemangat bertani, Nestlé meluncurkan platform pelatihan baru pada bulan November untuk menarik dan melatih generasi petani berikutnya. Pelatihan tersebut akan berfokus pada praktik-praktik pertanian regeneratif dan meningkatkan ketahanan pertanian terhadap perubahan iklim bagi lebih dari 40.000 petani yang berpartisipasi dalam salah satu program agripreneurship-nya.

Upaya regenerasi Nestlé diluncurkan di bawah payung “Generation Regeneration” yang berfokus pada para petani, kaum muda, konsumen, dan para pekerjanya.

Baca juga: Empat wilayah di Indonesia dapat vaksin Gotong Royong dari Nestle

Baca juga: BPKN-BPOM koordinasi dengan Nestle Indonesia terkait isu gizi produk

Baca juga: Bupati Batang: Nestle bawa dampak positif bagi peternak sapi perah


Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021