Surabaya (ANTARA) - Negara martim menjadi salah satu julukan bagi Indonesia, karena secara geografis dilandasi dari banyaknya kepulauan. Berdasarkan catatan Wikipedia, total ada sekitar 17.504 pulau yang masuk ke dalam wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dimana sebanyak 16.056 pulau telah dibakukan namanya di PBB hingga Juli 2017.

Salah satu hal yang paling vital dalam negara kepulauan adalah pelabuhan, karena menjadi akses masuk dan keluar sebuah pergerakan masyarakatnya.

Di Tanah Air pun demikian, dalam catatan sejarah, beberapa pelabuhan menjadi kunci peradaban, sebut saja Pelabuhan Tanjung Perak yang dulu bernama "Hujunggaluh" dari akar kata Hujung (wilayah yang menjorok ke laut atau muara).

Hujunggaluh yang berada di ujung Kota Surabaya itu pada abad 13 pernah menjadi tempat strategis, karena di era keemasan Majapahit berbagai wilayah kepulauan Nusantara seperti Sulawesi, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara hingga ke wilayah Asia Timur, Asia Selatan dan Jazirah Arab tersambung di Hujunggaluh dalam konteks perdagangan, yang kemudian namanya berubah menjadi Tanjung Perak.

Kini, catatan sejarah keemasan itu ingin kembali ditorehkan anak bangsa, melalui rencana merger Pelindo I, II, III dan IV menjadi satu nama Pelabuhan Indonesia atau cukup Pelindo, tanpa ada embel-embel angka I hingga IV.

Untuk Tanjung Perak yang awalnya di bawah naungan Pelindo III, juga akan melebur menjadi Pelabuhan Indonesia, dengan standar sama seluruh pelabuhan yang membentang di wilayah Tanah Air, sehingga diharapkan menjadi kekuatan utuh dan bersama meraih keemasan Pelabuhan Nusantara.

Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) Pelindo III, Edi Priyanto ditemui di Surabaya, Jumat (17/9) mengakui, konsep merger ini adalah sebuah catatan sejarah bagi Indonesia, sebab salah satu perusahaan yang mengalami hal serupa adalah Bank Mandiri, namun hasil penggabungan dari bank-bank kecil. Setelah itu, belum ada lagi perusahaan yang mengalaminya.

Pelindo akan memulai lagi langkah merger tersebut dan akan menjadi salah satu percontohan, namun dengan latar belakang perusahaan besar, berbeda dengan Bank Mandiri yang merupakan kumpulan bank-bank kecil.

Konsep Merger tentu berbeda dengan Holding, karena merger diharuskan menaruh ego sektoral demi mencapai tujuan utuh bersama yang lebih baik, sedangkan holding tidak mengubah identitas perusahaan aslinya.

"Kalau semua diperbaiki dengan standar yang sama, bukan mustahil layanan akan semakin baik dan mewujudkan cita-cita keemasan pelabuhan Nusantara," tutur Edi.

Pelabuhan Dunia

Edi menjelaskan, merger Pelindo otomatis akan memasukkan pelabuhan Indonesia dalam "Top 10 Operator Terminal Global dan Internasional" serta langsung berada di peringkat delapan besar dunia.

Hal ini, karena total volume barang petikemas akan menjadi 16,7 juta TEUs, hasil penggabungan dari data masing-masing arus petikemas dari Pelindo I hingga IV.

"Selama ini, volume barang tertinggi dipegang Pelindo II dengan total arus petikemas mencapai 7,64 juta TEUs, dan hanya menduduki peringkat 12 besar dunia," katanya.

Namun, dengan adanya merger akan memicu ekonomi di daerah, khususnya yang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), sebab peredaran barang akan semakin banyak, sehingga volume akan meningkat.

Edi optimistis, nanti tidak hanya berada di peringkat delapan dunia, namun bisa jadi masuk ke peringkat tujuh atau bahkan enam besar dunia, sebab didukung dengan adanya standardisasi seluruh peralatan di Pelabuhan Indonesia yang memicu percepatan pergerakan.

"Karena selama ini, ketidaksamaan alat di masing-masing pelabuhan menjadikan salah satu faktor keterlambatan. Sehingga dengan standar yang ada akan memicu percepatan pergerakan," kata Edi.

Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) Pelindo III, Edi Priyanto saat memberikan keterangan kepada wartawan terkait rencana meger Pelindo. (ANTARA/Malik Ibrahim)

Praktisi bisnis yang juga Guru Besar Ilmu Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali mengatakan, merger BUMN operator pelabuhan yaitu Pelindo I, II, III dan IV dinilai menjadi langkah yang paling tepat dan relevan untuk menyesuaikan dengan kondisi saat ini, dan menghadapi perubahan zaman.

"Semua tahu, disrupsi saat ini tidak terjadi di satu sisi saja namun juga 'dobel disrupsi', teknologi dan pandemi. Dan Pelindo harus berjuang bersatu agar tidak ketinggalan, dan integrasi akan menjadi bekal menghadapi kompetisi di masa depan," kata Rhenald kata pengajar di Fakultas Ekonomi UI tersebut.

Rhenald menyampaikan seiring dengan berkembangnya teknologi maka tantangan yang dihadapi Pelindo juga semakin kompleks.

Sebagai salah satu perusahaan operator pelabuhan yang memiliki peran besar dalam menjaga rantai distribusi logistik dan berimplikasi pada kemajuan ekonomi suatu negara, diperlukan suatu terobosan melalui integrasi antarperusahaan.

"Ini tak hanya akan meningkatkan pelayanan di seluruh wilayah kerja namun berpeluang menjadikan sebuah kekuatan besar di dunia," katanya pada acara webinar Change Management Pelindo Bersatu yang dilakukan secara daring.

Dukungan

Sementara itu, merger yang rencana akan dimulai pada 1 Oktober 2021 mendapat dukungan secara internal, salah satunya dari Serikat Pekerja Pelabuhan Indonesia (SP Pelindo) yang siap dilibatkan dalam proses sinergi dan integrasi BUMN dalam layanan pelabuhan itu.

"Serikat pekerja mendukung rencana integrasi yang sedang dipersiapkan oleh manajemen," kata Ketua SPPI II, Dodi Nurdiana.

Dodi yang juga sekaligus sebagai Sekjen FSPPI (Federasi Serikat Pekerja Pelabuhan Indonesia) itu menegaskan, kesiapan itu diwujudkan dalam penandatanganan kesepakatan Ketua Serikat Pelindo Pekerja Pelabuhan Indonesia (SPPI) I, II, III, dan IV bersama Direktur Utama Pelindo I, II, III dan IV, di Bali.

Menurutnya kekompakan dan kesepahaman serta manajemen yang terbuka menjadikan serikat pekerja mendukung integrasi dengan sepenuh hati.

"Serikat pekerja akan berada di garda terdepan mengawal proses integrasi ini sampai selesai, ini tidak mudah namun harus berhasil," tegasnya.

Bagi serikat pekerja, kata dia, perseroan merupakan wadah bagi pegawai untuk menunjukkan aktualisasi diri.

"Kami juga akan menjadi yang terdepan mendukung pemberantasan pungli untuk mewujudkan pelabuhan bersih," lanjut Dodi.

Empat klaster

Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Arif Suhartono mengatakan penggabungan empat Pelindo akan memudahkan pengembangan potensi bisnis kepelabuhanan di masa depan.

Dengan adanya integrasi maka Pelindo punya standardisasi untuk bisa fokus mengembangkan bisnis sesuai klaster masing-masing.

Integrasi Pelindo akan membentuk empat klaster. Keempat klaster yang akan dibentuk yakni peti kemas, nonpeti kemas, logistik dan hinterland development, serta marine, equipment dan port services.

Menurutnya, pemfokusan klaster-klaster bisnis akan meningkatkan kapabilitas dan keahlian yang akan berdampak pada peningkatan kepuasan pelanggan melalui kualitas layanan yang lebih baik dan peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber daya keuangan, aset, serta sumber daya manusia.

Lebih lanjut, terintegrasinya Pelindo memiliki banyak manfaat bagi perusahaan maupun bagi ekonomi nasional. Salah satunya ialah dengan membuka kesempatan perusahaan untuk go global.

"Kami harapkan yang pertama pengelolaan lebih bagus, kedua adalah ekspansi bisnis dan partnership, kemudian go global," ujarnya.

Seperti diketahui Pemerintah mengumumkan rancangan penggabungan BUMN Pelabuhan, yakni Pelindo I, II, III dan IV akan berintegrasi menjadi satu Pelindo.

Dalam rancangan penggabungan, Pelindo II akan menjadi Perusahaan Penerima Penggabungan dan Pelindo I, Pelindo III dan Pelindo IV akan bubar demi hukum tanpa proses likuidasi.

Proses integrasi Pelindo rencananya akan terlaksana 1 Oktober 2021, dan peraturan pemerintah tentang penggabungan BUMN pelabuhan ini masih proses penerbitan. Kemudian, selanjutnya akan berlaku efektif setelah penandatanganan Akta Penggabungan.

Tentunya kita semua berharap, masa keemasan kepelabuhanan bisa terulang kembali, dan tidak hanya di atas kertas, melainkan benar-benar mewujudkan negara maritim, sesuai pesan Presiden Joko Widodo, "Laut adalah masa depan Indonesia"..

Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021