Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 14 unit mobil pemadam kebakaran (damkar) dikerahkan untuk memadamkan kobaran api yang membakar pabrik sablon di Jalan Kapuk Raya, Gang Berdikari 1, Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat, Ahad (19/9) malam.

Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta melalui akun @humasjakfire menyebutkan, kebakaran terjadi pukul 23.14 WIB.

Petugas damkar berjuang keras memadamkan api yang berkobar. Perambatan dilokalisir agar tidak meluas ke bangunan di sekitarnya. Selain 14 mobil damkar, bantuan datang dari BPBD, PLN, PMI, Dinas Perhubungan, Satpol PP, Tagana, Polsek hingga Koramil.

Satu jam sebelumnya, kebakaran juga terjadi di toko furniture di Jalan Pangeran Antasari, Cilandak Barat, Jakarta Selatan, pada pukul 22.16 WIB.

Petugas berhasil mengatasi "si jago merah" pada pukul 23.30 WIB. Dugaan sementara, kebakaran disebabkan hubungan arus pendek listrik (korsleting).

Ada dua kejadian kebakaran dalam satu malam dan waktunya pun beruntun. Ini membuktikan bahwa DKI Jakarta sejak lama hingga kini masih rawan kebakaran.

Musibah itu tidak saja terjadi di permukiman padat, tetapi juga toko, rumah toko (ruko), rumah kontrakan, rumah mewah, bahkan gedung tinggi dan apartemen. Beberapa bulan lalu, misalnya, terjadi di salah satu apartemen di Setiabudi (Jakarta Selatan).

Artinya, potensi musibah kebakaran ada di semua lokasi aktivitas masyarakat. Memang yang paling sering dilanda kebakaran adalah permukiman padat tetapi bukan berarti di luar permukiman padat bebas dari potensi musibah itu.

Penyebabnya pun beragam; mulai dari keteledoran dalam penggunaan gas elpiji di rumah tangga sehingga menimbulkan kebakaran hingga pembakaran sampah yang merembet ke tempat tinggal, tapi yang paling banyak disebabkan hubungan arus pendek.

Baca juga: Damkar Jakbar tengah berupaya padamkan kebakaran di perumahan Tambora

Bukan hanya kerugian materi yang tidak sedikit, sejumlah kasus kobaran api telah mengakibatkan korban jiwa, juga korban luka ringan hingga berat.

Dampak lanjutan dari musibah kebakaran adalah pemandangan menyedihkan para korbannya. Mereka biasanya menjadi pengungsi yang harus tinggal sementara di gedung-gedung sekolah, rumah ibadah atau tenda-tenda.

Entah sampai kapan musibah kebakaran melanda permukiman atau gedung di Jakarta. Musibah ini bisa terjadi kapan saja, bisa pagi, siang, sore, malam, dan tengah malam. Kebakaran juga tak mengenal musim, baik musim hujan maupun kemarau.

Menurun
Data dari Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta menyebutkan, sebanyak kasus 984 kebakaran terjadi di Jakarta pada periode Januari-Agustus 2021.

Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta Satriadi mengatakan meski jumlahnya terbilang besar, tapi angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yakni 1.027 kasus.

Bahkan, penurunan tersebut sudah terjadi sebanyak dua kali, yakni pada 2020 terjadi penurunan sebesar 31 persen dibanding 2019. Kemudian untuk pada 2021 dengan periode yang sama, kasus yang terjadi lebih rendah berada di bawah 30 persen.

Untuk kasus kebakaran, berdasarkan wilayahnya pada periode yang sama, terbanyak terjadi di Jakarta Selatan sebanyak 284 kasus, Jakarta Timur (222), Jakarta Barat (214), Jakarta Utara (138), serta  Jakarta Pusat sebanyak 126 kasus.

Melalui langkah antisipasi dan mitigasi, diharapkan kasus kebakaran terus menurum setiap tahunnya, sehingga kerugian materi maupun korban jiwa dapat diminimalisir.

Berbagai upaya terus dilakukan oleh Dinas Gulkarmat DKI Jakarta, untuk menekan terjadinya kasus kebakaran. Salah satunya, dengan rutin memberikan edukasi bagi warga melalui pengeras suara masjid atau mushala  di pemukiman.
 
Personel Sudin Gulkarmat Jakarta Timur memadamkan api yang membakar permukiman warga di Matraman, Jakarta, Senin (17/8/2021). ANTARA/HO-Sudin Gulkarmat Jakarta Timur


Di masa pandemi COVID-19, cara sosialisasi dan edukasi  seperti ini efektif untuk dilakukan, karena melakukan sosialisasi dengan mengumpulkan warga belum diperkenankan.

Di Jakarta Pusat, Suku Dinas (Sudin) Gulkarmat juga rutin menggelar sosialisasi pencegahan dan penanganan kebakaran kepada warga di delapan kecamatan.

Sosialisasi digelar agar warga lebih berhati-hati serta memperhatikan potensi penyebab kebakaran, terutama penggunaan listrik dan kompor gas.

Di Jakarta Pusat, kasus kebakaran pada periode Januari hingga Agustus 2021 mencapai 127 kasus dengan total kerugian materi Rp26,31 miliar.

Baca juga: 20 armada damkar padamkan api di Menteng Jakarta Pusat

Kepala Suku Dinas (Kasudin) Gulkarmat Jakarta Pusat Asril Rizal merinci dari 127 kasus kebakaran, 78 kasus di antaranya disebabkan akibat arus pendek listrik.

Faktor lainnya, sebanyak 16 kasus akibat kebocoran gas rumah tangga dan 10 kasus karena membakar sampah. Sisanya akibat puntung rokok yang dibuang secara tidak sengaja.

Adapun total luas area yang terbakar di Jakarta Pusat  mencapai 613.810 meter persegi, akibatnya  278 KK atau 1.142 jiwa kehilangan tempat tinggal.

Dari delapan kecamatan di Jakarta Pusat, Kecamatan Tanah Abang menjadi wilayah yang paling sering terjadi musibah kebakaran dengan catatan 32 kasus. Kemudian Kemayoran 21 kasus dan 13 kasus di Kecamatan Menteng dan Johar Baru.

Satgas
Untuk mencegah kebakaran, Sudin Gulkarmat Jakarta Timur membentuk Sistem Ketahanan Kebakaran Lingkungan (SKKL) di tingkat Ruwun Warga (RW).

Menurut Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan Kebakaran Sudin Gulkarmat Jakarta Timur, Edi Parwoko, pembentukan SKKL itu untuk melibatkan warga dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran di lingkungan mereka.

Ketika ada kebakaran tim dal SKKL ini bergerak cepat melakukan penanganan awal agar kasus kebakaran tidak membesar.

Sejumlah RW di Jakarta Timur telah memiliki SKKL seperti di RW 05 Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas dan RW 04 Kelurahan Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung.

Dalam pembentukan SKKL di RW 05 Kelurahan Kelapa Dua Wetan pada Ahad (22/8), sebanyak 20 warga dilatih melakukan penanganan awal saat terjadi kebakaran. Sedangkan pembentukan SKKL di RW 04 Kelurahan Pondok Ranggon pada Jumat (20/8) diikuti 40 warga.

Mereka dilatih cara menggunakan handuk basah untuk penanganan saat terjadi kebocoran gas dan penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (Apar).

Diharapkan ilmu yang dipelajari itu dapat digunakan oleh warga dalam melakukan penanganan saat terjadi kebakaran di lingkungan masing-masing. Tindakan saat awal terjadi kebakaran sangat penting sehingga nyala api dapat dipadamkan sebelum membesar.

Selain sosialisasi, simulasi penanganan kebakaran tentu perlu terus dilakukan agar kerugian materi dapat ditekan seminimal mungkin dan korban jiwa bisa dihindarkan.

Sosialisasi menyangkut pemahaman perilaku dan kebiasaan yang dapat menyebabkan kebakaran hingga penggunaan peralatan listrik berstandar. Hal itu didasarkan pada dara bahwa umumnya kasus kebakaran disebabkan hubungan arus pendek.

Perilaku
Kini warga semakin tergantung kepada tenaga listrik untuk peralatan rumah tangganya. Dari pendingin ruangan (AC), penerangan di dalam ruangan, mesin cuci ,hingga memasak nasi, semua tergantung listrik.

Di tengah kemajuan teknologi informasi, setiap keluarga dihadapkan pada kebutuhan telepon seluler, komputer jinjing (laptop) hingga perangkat pendukung aktivitas lainnya, semuanya membutuhkan pasokan listrik.

Kebutuhan listrik yang tinggi perlu diimbangi dengan perilaku dan kebiasaan yang menjamin keamanan. Kabel atau colokan yang berstandar sekalipun memiliki kapasitas daya yang tertera pada salah satu bagiannya.

Kapasitas daya pada kabel dan colokan itu berbeda-beda. Hal ini perlu dipahami warga agar tidak terjadi gangguan pada jalur pasok listrik di peralatan yang digunakan.

Begitu juga dengan kabel atau colokan yang sudah lama dan kadang kendor memungkinkan terjadinya hubungan arus pendek. Lubang colokan yang digunakan semua tanpa melihat kapasitas daya listriknya juga berpotensi memicu arus pendek yang kerap disertai percikan api.

Dalam setiap sosialisasi pencegahan kebakaran, sering disertai cara pemadaman sebelum api membesar. Yakni segera mungkin mencopot selang apabila kebakaran dipicu selang tabung gas.

Ketika api sudah terlanjur menyala akibat kebocoran selang tabung gas atau arus pendek, maka pemadaman dilakukan menggunakan kain basah. Bisa handuk, karung atau keset basah.

Sejauh ini langkah tersebut efektif untuk mencegah membesarnya api. Tetapi kalau api sudah terlanjur besar tentu tidak mudah untuk memadamkannya.

Apalagi tak sedikit warga yang langsung panik saat ada percikan api. Padahal langkah memadamkan ketika api belum besar membutuhkan ketenangan.

Apar rumahan
Karena itu, selain cara memadamkan api dengan kain basah, perlu ada terobosan dalam pemadaman sebelum api membesar. Misalnya, memperbanyak Apar di permukiman padat dan gedung-gedung untuk mengantisipasi kebakaran.

Terobosan lain yang memungkinkan dilakukan adalah penyediaan Apar skala rumah tangga. Apar yang bisa langsung disemprotkan bila ada percikan api di rumah atau dapur.

Apar skala rumah tangga atau rumahan ini juga perlu disediakan di rumah warga, dimiliki RT atau RW, rumah-rumah kontrakan atau kost-an. Apalagi kasus kebakaran kerap terjadi wilayah padat dengan gang atau jalan yang sulit ditembus mobil pemadam kebakaran.

Pada kasus kebakaran sebuah rumah kontrakan di Matraman (Jakarta Timur) yang menewaskan beberapa orang, armada damkar sulit menjangkau lokasi karena berada di gang. Solusinya adalah selang pemadam harus panjang.

Harapannya, kejadian seperti itu bisa diatasi dengan Apar skala rumah tangga sehingga api bisa langsung padam. Hal ini akan meringankan kendala yang dihadapi armada damkar mengingat tak semua lokasi kebakaran di lokasi mudah ditembus.

Baca juga: Gudang farmasi milik Dinkes DKI di Jakarta Timur terbakar
Baca juga: Sebuah rumah dua lantai terbakar di Makasar, Jakarta Timur


 

Editor: Riza Harahap
Copyright © ANTARA 2021