Yogyakarta (ANTARA News) - Potensi banjir lahar hujan material hasil erupsi Gunung Merapi yang sudah mengendap di seluruh sungai berhulu di gunung tersebut masih tetap tinggi dan akan berlangsung dalam waktu lama, bahkan hingga tahun depan.

"Material hasil erupsi Gunung Merapi yang kini telah mengendap di sungai-sungai berhulu di gunung tersebut tidak akan habis hanya dalam waktu satu kali musim hujan. Bisa dua hingga tiga kali musim hujan baru habis," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandrio di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, jumlah material vulkanik yang mengendap di sungai-sungai berhulu di Gunung Merapi hampir sama yaitu antara lima hingga 10 juta meter kubik. Total material vulkanik yang dimuntahkan Gunung Merapi selama fase erupsi diperkirakan mencapai 140 juta meter kubik.

Salah satu upaya untuk mengurangi risiko dampak banjir lahar hujan dari material erupsi Gunung Merapi adalah dengan menempatkan alat pemantau lahar di sungai-sungai berhulu di Gunung Merapi.

Sungai-sungai yang berada di sisi selatan Gunung Merapi sudah dilengkapi dengan alat pemantau tersebut yaitu sebanyak lima unit, sedangkan sembilan unit lain akan ditempatkan di sungai-sungai yang berada di sisi barat gunung tersebut.

"Saat ini sedang dipasang alat pemantau lahar hujan di sisi barat Gunung Merapi, selain itu, akan ada kamera juga yang ditempatkan untuk memantau lahar hujan Merapi," katanya.

Ia mengatakan, pemasangan alat di sisi barat Gunung Merapi mengalami kendala di antaranya adalah kesulitan dalam melakukan transmisi dan juga pendirian menara.

"Tetapi, dalam waktu singkat diharapkan sudah selesai. Karena ini merupakan bagian dari sistem peringatan dini," katanya.

Subandrio mengatakan, peralatan tersebut dapat mendeteksi aliran lahar di hulu sungai sehingga masyarakat masih memiliki waktu sekitar 30 menit untuk menyingkir ke lokasi yang lebih aman.

"Jika memang daerah yang ditinggali masyarakat tersebut sering terkena lahar hujan, maka sebaiknya daerah itu tidak ditempati terlebih dulu," katanya.

Subandrio mengatakan, sejumlah sungai yang kerap dialiri lahar hujan Gunung Merapi di antaranya adalah Sungai Putih, Pabelan, Senowo, Krasak, Boyong, Kuning dan Opak.

Sungai Opak, adalah sungai yang selama ini dikenal sebagai sungai mati oleh masyarakat, namun pascaerupsi Merapi 2010, sungai tersebut menjadi aliran lahar hujan.

"Lahar hujan justru tidak terjadi secara signifikan di Sungai Gendol karena sungai tersebut sudah sangat dipenuhi endapan material Merapi. Material Merapi mencari tempat yang lebih rendah untuk mengalir, yaitu Sungai Opak," kata Subandrio.

Masyarakat, lanjut dia, diminta untuk tetap waspada khususnya mereka yang bertempat tinggal di sepanjang bantaran sungai berhulu di Merapi.

Pada 30 Desember 2010, BPPTK kembali menurunkan status Gunung Merapi menjadi "waspada". "Dengan status tersebut, sudah tidak ada kendala bagi masyarakat untuk beraktivitas di lereng dan merupakan kondisi yang kondusif untuk proses pemulihan pascabencana," kata Subandrio.

Sementara itu, Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY Toni Agus Wijaya mengatakan, potensi curah hujan tinggi masih akan terjadi sepanjang Januari.

"Penurunan curah hujan diperkirakan mulai terjadi pada Maret dan pertengahan April sudah masuk ke musim kemarau," katanya.
(E013/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011