Seoul (ANTARA News/AFP) - Korea Utara hari Senin secara resmi mengusulkan dialog dengan Korea Selatan, kurang dari dua bulan setelah serangan mematikan terhadap sebuah pulau Korea Selatan.

Tiga badan resmi mengirim secara terpisah pemberitahuan kepada kementerian penyatuan Korea Selatan untuk mendesak perundingan dan mengumumkan pembukaan lagi kantor penghubung perbatasan Palang Merah, kata kantor berita Korea Utara KCNA.

Menurut KCNA, pesan yang dikirim itu mengusulkan pengadaan kontak kerja bagi perundingan di kota perbatasan utara, Kaesong, pada 27 Januari, dan mengusulkan perundingan antara organisasi-organisasi Palang Merah di kota wilayah selatan, Munsan, pada 1 Februari.

Saluran penghubung Palang Merah di desa gencatan senjata perbatasan Panmunjom akan dibuka lagi mulai 12 Januari, kata KCNA.

Satu sumber pemerintah Seoul yang dikutip oleh kantor berita Korea Selatan Yonhap mengkonfirmasi bahwa Korea Utara telah mengirim surat resmi. Belum ada tanggapan segera.

Korea Selatan sebelumnya pada Senin pagi menanggapi dingin usulan akhir pekan Korea Utara yang disampaikan melalui media pemerintah mengenai "pembukaan perundingan segera dan tanpa syarat".

Hubungan antara kedua negara Korea itu memburuk ke tingkat terendah setelah pada November pasukan artileri Korea Utara melepaskan tembakan ke pulau Yeonpyeong dekat perbatasan laut yang disengketakan kedua negara itu, menewaskan empat orang Korea Selatan -- dua marinir dan dua warga sipil -- dalam pemboman pertama ke sebuah daerah sipil sejak Perang Korea 1950-1953.

Serangan itu, yang juga melukai 15 marinir Korea Selatan serta tiga warga sipil dan menghancurkan 19 rumah, telah menambah kekhawatiran mengenai konflik di semenanjung Korea yang sudah tegang.

Ketegangan di Semenanjung Korea meningkat tajam sejak Korea Selatan dan AS menuduh Korea Utara mentorpedo kapal perang Seoul itu, yang menewaskan 46 orang.

Korea Utara membantah terlibat dalam tenggelamnya kapal itu dan mengancam melakukan pembalasan atas apa yang disebutnya latihan perang provokatif Korea Selatan yang dilakukan sebagai tanggapan atas insiden kapal tersebut.

Latihan itu, yang melibatkan 4.500 prajurit, 29 kapal dan 50 jet tempur, merupakan salah satu dari serangkaian latihan terencana dalam beberapa bulan ini, beberapa diantaranya dilakukan dengan AS, sekutu Seoul, dalam unjuk kekuatan terhadap Korea Utara.

Kapal perang Korea Selatan Cheonan tenggelam pada 26 Maret di dekat perbatasan Laut Kuning yang disengketakan dengan wilayah utara pada dalam kondisi misterius setelah ledakan yang dilaporkan.

Dewan Keamanan PBB mengecam penenggelaman kapal Korea Selatan itu namun tidak secara langsung menyalahkan Korea Utara, meski AS dan Korea Selatan meminta kecaman PBB terhadap negara komunis itu.

Penyelidik internasional pada 20 Mei mengumumkan hasil temuan mereka yang menunjukkan bahwa sebuah kapal selam Korea Utara menembakkan torpedo berat untuk menenggelamkan kapal perang Korea Selatan itu, dalam apa yang disebut-sebut sebagai tindakan agresi paling serius yang dilakukan Pyongyang sejak perang Korea 60 tahun lalu.

Korea Selatan mengumumkan serangkaian pembalasan yang mencakup pemangkasan perdagangan dengan negara komunis tetangganya itu.

Korea Utara membantah terlibat dalam insiden tersebut dan membalas tindakan Korea Selatan itu dengan ancaman-ancaman perang.

Seorang diplomat Korea Utara mengatakan pada 3 Juni, ketegangan di semenanjung Korea setelah tenggelamnya kapal perang Korea Selatan begitu tinggi sehingga "perang bisa meletus setiap saat".

Dalam pernyataan pada Konferensi Internasional mengenai Perlucutan Senjata, wakil utusan tetap Korea Utara untuk PBB di Jenewa, Ri Jang-Gon, menyalahkan "situasi buruk" itu pada Korea Selatan dan AS.

"Situasi semenanjung Korea saat ini begitu buruk sehingga perang bisa meletus setiap saat," katanya.

Kedua negara Korea itu tidak pernah mencapai sebuah perjanjian perdamaian sejak perang 1950-1953 dan hanya bergantung pada gencatan senjata era Perang Dingin. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011