Dalam proses produksi, teknologi digital memungkinkan petani untuk mengontrol proses pemupukan dan pertumbuhan tanamannya dari jarak jauh
Jakarta (ANTARA) - Atase pendidikan dan kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra Mukhamad Najib mendorong mahasiswa menjadi pelopor digitalisasi pertanian

Pernyataan tersebut diungkapkan Mukhamad Najib pada Jumat saat memberikan kuliah umum pada acara international summer course berjudul “the 5th Sustainable Agrifood Management in Indonesia” .

"Revolusi industri 4.0 dapat mengubah wajah dunia pertanian Indonesia dari yang semula identik dengan keterbelakangan menjadi pertanian maju berbasis teknologi," ujar Mukhamad Najib dalam keterangan pers  KBRI Canberra yang diterima di Jakarta, Jumat.

Adanya internet, lanjut dia, menyebabkan petani bisa memasarkan produknya secara daring , sehingga bisa membuka akses pasar yang lebih luas bagi petani, khususnya petani yang selama ini bergantung pada tengkulak.

Baca juga: BI Gorontalo latih petani implementasikan "digital farming"

"Dalam proses produksi, teknologi digital memungkinkan petani untuk mengontrol proses pemupukan dan pertumbuhan tanamannya dari jarak jauh," kata Najib.

Apa yang disebut smart farming sudah semakin dekat, gambaran petani yang terbelakang bisa kita hilangkan ketika dunia pertanian semakin lekat dengan teknologi digital, kata dia.

Najib menyampaikan bahwa gambaran yang menarik tentang dunia pertanian sangat diperlukan agar generasi muda mau terjun ke dunia pertanian.

Gelombang teknologi, lanjut dia, khususnya teknologi digital, harus dapat masuk ke desa-desa, sehingga dapat memberikan dukungan bagi petani dan pertanian di negara berkembang untuk bisa lebih maju.

"Petani yang akrab dengan teknologi akan dapat meningkatkan produktivitasnya dan menghasilkan produk pertanian yang berkualitas. Ujungnya, penggunaan teknologi modern seperti teknologi digital akan dapat meningkatkan kesejahteraan petani itu sendiri. Hal ini dapat menyebabkan pertanian menjadi lebih menarik bagi generasi muda yang umumnya sudah terpapar teknologi," jelas Najib.

Baca juga: Kementan-Microsoft kolaborasi perkuat ekosistem pertanian digital

Menurut Najib yang juga dosen IPB ini, era digitalisasi dalam dunia pertanian di Negara berkembang seperti di Indonesia baru saja dimulai.

Meski masih sangat terbatas pada sistem pemasaran, lanjut dia, digitalisasi mampu memberikan daya tarik tersendiri bagi generasi muda.

Najib mengatakan bahwa para mahasiswa yang mengikuti kuliah musim panas ini merupakan mahasiswa yang potensial dari negaranya masing-masing.

International summer course yang diselenggarakan oleh Departemen Manajemen IPB University ini berlangsung selama 10 hari dan diikuti oleh mahasiswa dari 15 negara seperti Jerman, China, Malaysia, Filipina, India, Nepal, Thailand dengan total peserta sebanyak 90 orang.

Pembicara dalam kuliah  ini juga berasal dari berbagai negara antara lain dari Australia, Belanda, Swiss, Singapura, India, Malaysia, Austria dan Indonesia.

Baca juga: Membangkitkan gairah bagi petani muda di Nusantara
Baca juga: Peneliti: Percepat penerapan teknologi digital dalam sektor pertanian

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021