New York (ANTARA) - Harga minyak naik untuk minggu ketiga berturut-turut ke level tertinggi hampir tiga tahun pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena gangguan produksi global telah memaksa perusahaan-perusahaan energi untuk menarik sejumlah besar minyak mentah dari persediaan mereka.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November bertambah 84 sen atau 1,1 persen, menjadi menetap di 78,09 dolar AS per barel. Mminyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November menguat 68 sen atau 0,9 persen, menjadi ditutup di 73,98 dolar AS per barel.

Level tersebut merupakan penutupan tertinggi untuk Brent sejak Oktober 2018 dan untuk WTI sejak Juli 2021, serta kenaikan minggu ketiga untuk Brent dan yang kelima untuk WTI sebagian besar karena gangguan produksi Pantai Teluk AS akibat Badai Ida pada akhir Agustus.

Reli sedikit diredam oleh penjualan publik pertama dari cadangan minyak mentah negara di China.

"Karena harga minyak berada di jalur untuk ditutup dengan kenaikan mingguan lagi, pasar menilai dampak gangguan pasokan yang berkepanjangan, dan kemungkinan penarikan penyimpanan yang akan diperlukan untuk memenuhi permintaan kilang-kilang," kata Louise Dickson, analis pasar minyak senior di Energi Rystad.

Beberapa gangguan dapat berlangsung selama berbulan-bulan dan telah menyebabkan penarikan tajam dalam persediaan minyak mentah AS dan global.

Penyulingan-penyuling minyak AS sedang berburu untuk menggantikan minyak mentah Teluk (Meksiko), beralih ke minyak Irak dan Kanada, kata para pedagang.

Sementara itu, impor minyak mentah India naik ke puncak tiga bulan pada Agustus, rebound dari level terendah satu tahun di Juli.

Beberapa anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, telah berjuang untuk meningkatkan produksi karena kurangnya investasi atau penundaan pemeliharaan selama pandemi.

Rusia mengatakan akan tetap menjadi pemasok energi yang andal ke pasar global. Raksasa gas Rusia Gazprom telah dituduh melakukan terlalu sedikit untuk meningkatkan pasokan gas alamnya ke Eropa, di mana harga gas telah melonjak.

Iran, yang ingin mengekspor lebih banyak minyak, mengatakan akan kembali ke pembicaraan tentang melanjutkan kepatuhan dengan kesepakatan nuklir Iran 2015 "segera", tetapi tidak memberikan tanggal spesifik.

Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, mengatakan: "Barel minyak mentah ekstra Iran tampaknya tidak akan menjadi cerita 2021," mencatat negosiasi "akan menjadi proses yang berlarut-larut."

Produsen minyak terbesar Kazakhstan, Tengizchevroil (TCO) yang dipimpin Chevron, akan menunda komponen proyek ekspansi senilai 45,2 miliar dolar AS selama tiga hingga tujuh bulan.

Di Amerika Serikat, pengebor menambahkan 10 rig minyak minggu ini, membuat jumlah rig minyak dan gas naik selama 14 bulan berturut-turut.

Brent bisa mencapai 80 dolar AS pada akhir September karena penarikan stok, produksi OPEC yang lebih rendah dan permintaan Timur Tengah yang lebih kuat, tulis analis UBS.

Penjualan publik pertama China atas cadangan minyak negaranya membatasi kenaikan harga minyak mentah. PetroChina dan Hengli Petrochemical membeli empat kargo dengan total sekitar 4,43 juta barel, kata sumber.

Analis juga mencatat China Evergrande yang berutang tetap menjadi risiko terhadap harga minyak setelah unit mobil listrik perusahaan itu memperingatkan menghadapi masa depan yang tidak pasti kecuali mendapat suntikan uang tunai dengan cepat.

Baca juga: Minyak naik sentuh tertinggi 2 bulan di tengah kekhawatiran pasokan
Baca juga: Minyak melonjak karena stok AS turun, permintaan bahan bakar meningkat
Baca juga: Harga minyak naik moderat, investor khawatir tentang permintaan global

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021