Jakarta (ANTARA) - Sutradara Joko Anwar (Perempuan Tanah Jahanam), Edwin (Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas) dan Yosep Anggi Noen (The Science of Fictions) berbincang tentang peran festival film untuk mereka dalam panel diskusi “The Directors - Festivals and the Pathway to Success” pada hari kedua Sundance Film Festival: Asia 2021, Jumat (24/9).
​​​​​
Joko mengatakan festival film bukan sekadar festival di mana semua orang dapat berkumpul, menonton film-film menarik bersama, sambil berbincang ringan. Festival film adalah mata rantai yang penting, terutama dalam pertukaran budaya film global.

“Berbagai bahasa yang kita dengarkan di film-film yang disajikan di festival film memungkinkan kita untuk mengenal kekayaan budaya dari berbagai belahan dunia," kata Joko dikutip dari siaran resmi, Sabtu.

Baca juga: Cara Edwin satukan ide "Journey" dengan sutradara Asia

Baca juga: Tips syuting film dengan ponsel ala Joko Anwar


"Selain itu, festival film juga berperan sebagai wadah bagi para sineas untuk mempresentasikan ide-ide kreatif, kepiawaian dalam memproduksi film, dan semangat untuk menyampaikan apa yang sebenarnya ingin disampaikan melalui film tersebut,” ujar Joko. 

Edwin mengatakan pendanaan juga bisa diraih lewat festival film.

“Jujur saja, pendanaan yang didapatkan dari festival film adalah salah satu sumber yang paling masif. Syukurnya, digitalisasi sudah hadir, sehingga festival film pun dapat menjadi alat yang menghubungkan kita, di mana pun kita berada. Dengan kata lain, akses menuju festival film, idealnya, sudah jauh lebih mudah apabila dibandingkan dengan tahun-tahun yang lalu."

Dia berpesan untuk mencari festival film yang juga memiliki visi yang sama dengan diri dan film sineas.

Biasanya, film festival juga akan memberikan penghargaan untuk karya-karya terpilih. Penghargaan itu adalah bentuk apresiasi yang menunjukkan bahwa karya kita legit dan layak untuk ditonton. Itu membantu kita mendapatkan spotlight terbaik, tapi memerlukan perjalanan panjang untuk sampai ke sana.

“Pertama-tama, kita harus bisa mengkomunikasikan apa yang ingin disampaikan melalui film-film kita, seperti yang disampaikan oleh Joko. Namun, ada yang lebih penting: bagaimana pembuat film dan festival film dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat melalui perilisan sebuah karya. Hal ini menjadi penting daripada sekadar sibuk menetapkan target," kata Yosep.

Dia melanjutkan, di sisi lain sering ditemukan pembuat film yang ingin agar filmnya "stay national" saja dan itu pun tak apa-apa.

"Poin pentingnya adalah kita memiliki sesuatu yang bermakna untuk disampaikan dan ada orang yang mau memahami serta menontonnya, terlepas apapun skalanya: global atau nasional. Pada akhirnya, ini semua tentang cara agar karya kita dicintai,” ujar Yosep.

Melanjutkan Yosep, Joko menekankan bahwa membuat film harus lebih dari sekadar menetapkan target: berapa banyak penonton yang menonton, apakah film ini disukai, atau apakah ada festival film yang mau mengakomodasi film ini nantinya.

“Setelah bertahun-tahun membuat cerita, saya tidak pernah fokus pada kekuatan eksternal yang justru malah dapat mengalihkan perhatian saya. Sebaliknya, saya fokus pada nilai-nilai dan bagaimana alur cerita saya akan berjalan, membentuk sebuah plot yang menyeluruh. Tidak apa-apa bila memang memiliki ambisi untuk berprestasi, tetapi selama proses produksi, be there, be present. Pastikan materi yang kita olah tidak klise, mature, dan ada sentuhan yang mind-blowing,” tambah Joko.

Baca juga: Filmnya menang di Locarno, Edwin puji totalitas tim dan pemain

Baca juga: Europe on Screen umumkan 8 film pendek terpilih untuk SFPP 2021

Baca juga: Sosok Edwin, alasan Ladya Cheryl kembali main film

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021