Dengan kostum berupa jubah, pakaian tersebut setidaknya masih bisa terlihat jelas dari jarak yang cukup jauh
Yogyakarta (ANTARA) - Desainer sekaligus seniman batik Yogyakarta Afif Syakur mendapat kepercayaan khusus dari KONI DIY untuk merancang kostum yang akan dikenakan atlet saat defile kontingen dalam acara pembukaan PON Papua.

“Awalnya saya terkejut karena menduga diminta membuat seragam untuk atlet, ternyata untuk kostum defile. Meskipun waktunya tidak panjang, tetapi saya berupaya semaksimal mungkin,” kata Afif di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut Afif, permintaan khusus dari KONI DIY tersebut datang dengan berbagai syarat, di antaranya kostum harus bisa menjadi maskot yang mencerminkan dan mewakili DIY namun tidak terlalu sulit saat dikenakan.

Oleh karenanya, Afif pun memilih desain pakaian berupa jubah batik karena dapat dikenakan dengan mudah dan mewakili budaya tradisional Yogyakarta.

“Dengan kostum berupa jubah, pakaian tersebut setidaknya masih bisa terlihat jelas dari jarak yang cukup jauh,” katanya.

Jubah juga memiliki pesan bahwa atlet yang mengenakannya adalah duta atau utusan.

“Jadi sangat cocok dikenakan sebagai kostum untuk defile yang berarti bahwa kontingen akan menjadi perwakilan DIY untuk bertanding di PON Papua,” katanya.

Dua atlet putra dan putri yang akan memimpin defile dan mengenakan kostum khusus tersebut rencananya adalah atlet dari cabang olahraga panahan.

Jubah untuk atlet putra bermotif ceplok gendreh yang memiliki makna gerak cepak kesatria yang gesit dalam melakukan berbagai kewajibannya, sedangkan jubah untuk atlet putri bermotif ceplok belah kedaton yang memiliki arti menyelaraskan strategi sehingga setiap pertandingan yang dijalankan dengan baik.

Kedua jubah tersebut akan dilengkapi dengan cinde samir merah berhias ronce melati yang bermaka atlet adalah abdi negara yang memperjuangkan olahraga dengan semangat untuk mengharumkan kejayaan DIY.

Kedua atlet jug akan mengenakan mahkota menjulang tinggi yang menunjukkan kesiapan mental yang kuat untuk meraih kemenangan.

“Kesulitannya tidak ada, hanya karena waktunya yang mepet untuk mendesain kostum yang sesuai dan memadankan berbagai elemen sehingga menjadi satu kesatuan,” katanya.

Baca juga: Hans Christian andalkan kekuatan mental raih medali emas untuk DIY
Baca juga: Impian Aurellia atlet termuda PON DIY persembahkan emas sepatu roda
Baca juga: Polo air DIY waspadai DKI Jakarta dan Jabar di PON Papua

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2021