Keseimbangan ekosistem yang akhirnya tercipta di dalam sebuah akuarium, mampu memberikan perasaan tenang, dan kesenangan tersendiri bagi pemiliknya,
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Memiliki bisnis yang bermula dari hobi, merupakan impian bagi sebagian orang. Tidak sedikit seseorang yang pada mulanya menjadi penikmat suatu hobi tertentu, namun pada akhirnya terjun ke bisnis yang menjanjikan.

Salah satu hobi atau kegemaran yang popularitasnya naik di tengah pandemi penyakit akibat penyebaran virus Corona adalah aquascape. Aquascape bisa dibilang sebagai sebuah seni yang menghasilkan daya tarik visual dari sebuah ekosistem dalam air.

Aquascape, secara mudah bisa dijelaskan sebagai upaya menciptakan ekosistem air yang seimbang. Keseimbangan tersebut mencakup sejumlah elemen, terutama air, cahaya, termasuk keberadaan flora atau tanaman air, dan juga fauna yang hidup di dalamnya.

Selain itu, keseimbangan juga bisa dilihat dari tata cara mengatur batu-batuan, kayu, termasuk letak tanaman air itu sendiri. Peletakan batu, kayu, dan tanaman juga tidak sembarangan, karena memerlukan ketelitian tinggi agar memiliki visual yang menarik.

Proses untuk merawat tanaman di dalam air tersebut, tidaklah mudah. Bagi para pemula, perlu pemahaman yang cukup mendalam agar sebuah aquascape bisa menjadi suatu ekosistem air yang sehat. Jadi, hobi ini memang tidak mudah seperti yang terlihat.

Agar tanaman bisa tumbuh di dalam air, memerlukan karbondioksida (CO2), dan sumber cahaya. Jadi, jangan heran jika untuk membuat satu aquascape yang indah, bisa menghabiskan biaya yang tidak sedikit.

Aquascape memang salah satu hobi yang cukup sulit bagi para pemula. Namun, keseimbangan ekosistem yang akhirnya tercipta di dalam sebuah akuarium, mampu memberikan perasaan tenang, dan kesenangan tersendiri bagi pemiliknya.

Salah seorang penghobi aquascape di Kota Malang, Jawa Timur, Ricko Aditya (39) mengatakan, pada mulanya, dia tidak pernah mengira akan menjadi salah satu orang yang memiliki hobi aquascape. Kegemaran itu muncul, di tengah pandemi COVID-19.

Hobi aquascape Ricko bermula pada saat awal pandemi COVID-19, yang mengharuskan dirinya untuk bekerja dari rumah. Setelah beberapa bulan bekerja dari rumah, Ia dan keluarga merasa jenuh akan rutinitas kesehariannya, karena melakukan aktivitas terbatas.

"Saat itu setelah beberapa bulan saya WFH, kondisi sudah mulai jenuh. Anak saya juga sekolah online, dan dia meminta sebuah aquarium untuk memelihara ikan," katanya.

Bermula dari permintaan sang anak tersebut, Ricko akhirnya mengunjungi salah satu toko akuarium yang ada di Kota Malang. Namun, pada toko tersebut, tidak hanya menjual akuarium, dan ikan saja, tapi juga memamerkan sejumlah aquascape yang menarik.

"Akhirnya saya juga tertarik. Namun berbeda dengan anak saya, saya lebih menyukai aquascape ketimbang memelihara ikan. Kalau untuk total uang yang saya habiskan, cukup banyak," ujarnya sembari tertawa.

Pengelola Aquajaya Chapter Malang Priya Eka Nugraha, tengah memotong tanaman yang ada di dalam aquascape yang dijual pada toko yang dikelolanya, di Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu (25/9/2021). (ANTARA/Vicki Febrianto)

Awal pandemi

Cerita munculnya para penghobi baru aquascape di masa pandemi COVID-19, tidak hanya dialami Ricko seorang diri. Pengelola Aquajaya Chapter Malang, Priya Eka Nugraha mengatakan, pada masa awal pandemi, peminat aquascape melonjak cukup tinggi.

Aquajaya Chapter Malang, merupakan salah satu toko grosir dengan skala Usaha Mikro Menengah (UKM). Toko tersebut, tidak hanya menawarkan jasa pembuatan aquascape saja, namun juga menyediakan berbagai bahan kebutukan aquascape dalam jumlah besar.

Penjualan berbagai bahan kebutuhan yang dibutuhkan penghobi aquascape tersebut, tidak hanya menyasar pasar di wilayah Malang Raya. Akan tetapi, penjualan juga dilakukan ke sejumlah wilayah, hingga luar Pulau Jawa yang memiliki pasar menjanjikan.

Priya menjelaskan, pada masa awal pandemi COVID-19, puncak omzet yang pernah diraupnya mencapai Rp350 juta hingga Rp400 juta per bulan. Kondisi tersebut sempat bertahan beberapa waktu, seiring bertambahnya penghobi baru aquascape.

"Pada saat puncaknya, nilai omzet tertinggi mencapai Rp350 juta, hingga Rp400 juta per bulan," katanya.

Tidak berbeda dengan Aquajaya Chapter Malang, Pemilik LSR Aquarium Gallery Rendi Prasetyo, mengatakan, pada masa awal pandemi COVID-19, omzet yang diterimanya naik cukup tinggi mencapai Rp70 juta per bulan.

Toko yang dibuka sejak 2016 tersebut, saat ini fokus pada bisnis jasa pembuatan aquascape, dan penjualan ritel barang-barang kebutuhan aquascape. LSR Aquarium Gallery, tidak melakukan penjualan grosir seperti Aquajaya Chapter Malang.

Pada toko miliknya tersebut, harga satu unit aquascape berkisar mulai Rp1 juta hingga Rp18 juta. Ia melayani pembuatan aquascape mulai dari ukuran 30 centimeter, hingga satu meter, atau bahkan lebih.

"Awal masa pandemi, itu naik-naiknya omzet di toko. Karena mungkin orang-orang jenuh, dan butuh hiburan, uang masih ada," katanya.

Meskipun LSR Aquarium Gallery masih dikategorikan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), namun sudah memiliki pangsa pasar yang cukup luas. Permintaan jasa pembuatan aquascape, tidak hanya berasal dari Malang Raya, namun juga dari Surabaya, hingga Salatiga.

Sejumlah aquascape yang dipajang di LSR Aquarium Gallery milik Rendi Prasetyo, di Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu (25/9/2021). (ANTARA/Vicki Febrianto)

Kondisi berat

Dampak manis pandemi COVID-19 bagi para pelaku bisnis aquascape itu, tidak berlangsung selamanya. Akibat gelombang kedua penyebaran virus Corona, pemerintah akhirnya melakukan sejumlah kebijakan yang cukup ketat untuk mengurangi mobilitas masyarakat.

Pengetatan tersebut, juga berdampak pada bisnis aquascape tersebut. Baik Aquajaya Chapter Malang, dan LSR Aquarium Gallery, menyatakan mulai mengalami penurunan omzet yang cukup dalam, bahkan lebih rendah daripada kondisi normal sebelum pandemi.

Omzet Aquajaya Chapter Malang yang sebelumnya mencapai Rp400 juta per bulan, anjlok hingga Rp75 juta akibat gelombang kedua pandemi COVID-19. Untuk menangani gelombang kedua itu, pemerintah melakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Menurut Priya, anjloknya omzet penjualan tersebut, jauh lebih dalam jika dibandingkan dengan kondisi normal. Dalam kondisi normal, nilai omzet paling rendah yang didapatkannya berkisar antara Rp150 juta, hingga Rp200 juta per bulan.

"Saat ini merosot hingga Rp75 juta. Itu di bawah omzet rata-rata. Kami kisaran Rp150 juta-Rp200 juta," ujarnya.

Dengan kondisi yang cukup berat tersebut, ia mengaku telah mempersiapkan sejumlah langkah antisipasi, seperti menyiapkan dana untuk pengeluaran tidak terduga. Dana tak terduga tersebut, dipergunakan untuk menekan dampak penurunan omzet.

Tidak jauh berbeda, menurut Rendi, saat pemberlakuan PPKM level 4 yang diterapkan oleh pemerintah, omzet penjualan turun cukup drastis, hingga 50-60 persen dari kondisi normal. Dalam kondisi normal, omzet disebutkan berkisar pada Rp50 juta hingga Rp60 juta per bulan.

Untuk bertahan saat ini, ia mengandalkan jasa perawatan aquascape milik sejumlah pelanggan yang ada di wilayah Kota Malang, hingga Surabaya. Jika hanya mengandalkan penjualan ritel, maka akan cukup berat, dan tidak mampu menutup biaya operasional.

"Untuk saat ini masih bisa diatasi. Karena masih tertutup pendapatan dari jasa pemeliharaan rutin. Namun untuk penjualan ritel, cukup berat," ujar laki-laki yang pernah mendapatkan urutan 50 besar pada International Aquatic Plants Layout Contest (IAPLC) 2015 itu.

Seiring dengan mulai terkendalinya penyebaran COVID-19, para pelaku usaha mengharapkan adanya penyesuaian kebijakan agar bisnis kembali menggeliat. Salah satu hal yang diharapkan adalah diperbolehkannya penyelenggaraan event aquascape yang menjadi ajang promosi.

Menurut Rendi, ajang aquascape merupakan salah satu wadah untuk memperkenalkan hobi tersebut kepada masyarakat, dan penghobi baru. Dengan kontes tersebut, diharapkan jumlah peminat aquascape baru juga bertambah.

"Harapannya, event atau kontes aquascape diperbolehkan, tentunya dengan protokol kesehatan ketat. Karena, event memberikan dampak besar, ini media promosi untuk usaha kami," katanya.

Meskipun kondisi saat ini diakui oleh pelaku usaha tersebut sangat berat, namun mereka masih meyakini untuk kedepan prospek bisnis berbasis hobi tersebut akan membaik. Hal itu diyakini karena pasar untuk para penghobi aquascape masih cukup luas.

Namun, keberlangsungan bisnis tersebut juga berbanding lurus dengan cara pemerintah untuk menangani pandemi COVID-19. Diharapkan, pandemi bisa segera terkendali, dan sektor usaha kembali menggeliat.

Baca juga: Kabut asap bisa diminimalkan dengan aquascape dan tanaman

Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2021