Berlin (ANTARA News/AFP) - Pengacara Julian Assange di Inggris menuduh pemerintah Swedia tengah merencanakan ekstradisi rahasia pendiri WikiLeaks itu ke Amerika Serikat, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Jerman yang akan dirilis Kamis.

Pengacara Mark Stephens mengatakan kepada mingguan Die Zeit bahwa ia meyakini pejabat Swedia bekerja sama dengan pemerintah AS untuk mengupayakan ekstradisi Assange segera setelah pemerintah AS menyiapkan kasus kriminal terhadapnya.

"Kami mendengar bahwa pemerintah Swedia tengah bersiap untuk mencabut tuduhan pemerkosaan terhadap Julian segera setelah Amerika mengajukan ekstradisi terhadapnya," katanya mengutip beberapa sumber di Washington dan Stockholm.

Stephens menyebut tuduhan Swedia terhadap kliennya adalah kasus penahanan yang bertujuan untuk mengulur waktu hingga AS dapat mendakwanya untuk pembocoran sejumlah dokumen rahasia AS melalui WikiLeaks.

Ia mengatakan Assange tidak yakin bila dirinya akan menjalani proses peradilan yang jujur di Swedia yang merupakan alasan perjuangannya terhadap upaya ekstradisi di Inggris.

Pria asal Australia itu tinggal di sebuah rumah pedesaan milik pendukungnya di Inggris sejak dibebaskan dengan jaminan pemerintah Swedia pada 16 Desember lalu menyusul penangkapan yang dilakukan kepolisian Inggris.

Stephens mengatakan bahwa ia yakin bila ekstradisi ke Swedia itu akan membuat kliennya berakhir di sebuah penjara dengan keamanan tingkat tinggi di Amerika Serikat.

Dokumen pengacara Assange pada Selasa menuliskan bila Assange diekstradisi ke Swedia maka ada resiko nyata ekstradisi atau dibawa secara paksa menuju Amerika Serikat sehingga ia dapat ditahan di Teluk Guantanamo atau tempat lainnya dan diancam dengan hukuman mati.

Seorang hakim Inggris pada Selasa mengatakan bahwa penawaran ekstradisi dari Swedia terhadap Assange akan disidangkan pada 7-8 Februari.

Pemerintah Swedia ingin menanyai Assange tentang tuduhan yang dibuat dua orang wanita tentang pelecehan seksual terhadap mereka, namun pria 39 tahun itu bersikeras bahwa upaya ekstradisi itu bermotif politik dan terkait aktivitas WikiLeaks.

Laman internet itu telah merilis sejumlah dokumen rahasia tentang perang Irak dan Afghanistan serta sejumlah Kedutaan AS di seluruh dunia.

Sebuah pengadilan di AS dilaporkan telah memerintahkan pemeriksaan terhadap empat akun Twitter pendukung WikiLeaks sebagai pagian dari perluasan penyelidikan kriminal terhadap kebocoran dokumen itu. (PPT/M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011