Jakarta (ANTARA) - September diperingati sebagai Bulan Kesadaran Kanker Ginekologi, dan salah satu penyakit yang paling banyak diderita wanita adalah kanker serviks, yang dapat didiagnosis dengan tes pap smear.

Di seluruh dunia, banyak wanita yang menjalani pap smear dan tes ini sering disebut memiliki rasa yang menyakitkan. Banyak pertanyaan seputar tes ini yang mengakibatkan para wanita mengurungkan niat untuk melakukannya.

Baca juga: Waktu tepat dapatkan vaksinasi HPV untuk cegah kanker serviks

Mengutip Indian Express pada Selasa, Dr. Kavya Krishnakumar, konsultan kebidanan dan ginekologi di Motherhood Hospital, Chennai, India menjelaskan beberapa pertanyaan seputar tes pap smear mulai dari rasa sakit hingga prosedurnya.

Dr. Kavya mengatakan pap smear tidaklah menyakitkan, namun terkadang menimbulkan rasa yang tidak nyaman. Beberapa orang sering menggambarkannya sebagai cubitan kecil, namun ambang rasa sakit setiap orang berbeda-beda.

Pap smear digunakan untuk menentukan apakah sel-sel serviks Anda normal. Jika Anda memiliki sel abnormal, petugas medis akan menyarankan untuk menjalani tes tambahan guna melihat apakah sel tersebut bersifat kanker, bahkan Anda akan disarankan untuk menghancurkan sel-sel abnormal dan menurunkan risiko kanker serviks.

Salah satu pertanyaan umum seputar tes pap smear adalah kemungkinan pendarahan setelah tes. Dr. Kavya mengatakan meskipun tidak terjadi pada semua orang, pendarahan setelah pap smear bisa terjadi.

Ini sering disebabkan oleh goresan kecil atau goresan di leher rahim atau di vagina. Pendarahan biasanya ringan dan harus berhenti dalam sehari. Segera hubungi dokter jika pendarahan menjadi lebih berat atau berlangsung lebih dari tiga hari.

Pap smear tidak sama dengan pemeriksaan panggul, meskipun dokter sering melakukannya selama pemeriksaan panggul. Organ reproduksi, termasuk vagina, vulva, serviks, ovarium, dan rahim, diperiksa selama pemeriksaan panggul.

Dokter akan memeriksa vulva dan lubang vagina Anda untuk mengetahui adanya cairan yang tidak biasa, kemerahan, atau iritasi lainnya.

Baca juga: Kena kanker serviks tak berarti vonis mati

Seberapa perlu tes pap smear

Pap smear dapat mendeteksi sel-sel prakanker pada leher rahim dan dengan demikian membantu dalam pencegahan kanker serviks. Meskipun kanker serviks sering disebabkan oleh human papillomavirus (HPV), yang ditularkan melalui kontak genital atau anal, tiap wanita harus melakukan pap smear secara rutin, idealnya setelah aktif secara seksual.

Tes pap smear harus dilakukan setiap tiga tahun sekali untuk wanita di atas 21 tahun. Bagi wanita berusia 30 hingga 65 tahun harus melakukannya setiap lima tahun bersama dengan tes HPV.

Tindakan melakukan kedua tes pada saat yang sama disebut sebagai co-testing. Orang dengan HIV atau yang memiliki sistem kekebalan yang lemah harus melakukan pap smear lebih sering dan dokter akan membuat rekomendasi untuk pengujian khusus.

Apakah pap smear dapat dilakukan saat menstruasi? melakukan pap smear selama periode menstruasi dapat berdampak pada keakuratan hasil. Karena adanya darah, mungkin sulit bagi dokter yang memeriksa untuk mendapatkan sampel sel serviks yang jelas.

Prosedur tes

Seorang dokter atau perawat akan terlebih dahulu menanyakan perihal riwayat kesehatan, termasuk pengalaman pap smear sebelumnya.

Tes ini berlangsung dengan cepat. Dokter atau perawat akan memasukkan spekulum dan mengambil sampel sel dari serviks yang biasanya membutuhkan waktu kurang dari satu menit.

Sebelum melakukan tes, ada baiknya untuk buang air kecil terlebih dulu. Latih pernapasan dalam dan cobalah untuk rileks dan jika merasa takut serta mintalah dokter menggunakan ukuran spekulum terkecil.

Pap smear mungkin tidak nyaman bagi sebagian orang, tetapi ini adalah tes dasar yang dapat mendeteksi perubahan sangat dini pada serviks.


Baca juga: Sakitkah pemeriksaan pap smear?

Baca juga: "Oase" optimalkan peran PKK cegah kanker serviks

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021