...memberikan akses modal dan insentif bagi petani, sehingga menarik generasi muda menjadi petani.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Dr Salim Segaf Al Jufri menekankan pentingnya regenerasi petani di Tanah Air untuk melahirkan petani dari kalangan milenial.

"PKS mendorong Pemerintah untuk memberikan akses modal dan insentif bagi petani, sehingga menarik generasi muda menjadi petani," kata dia, usai melakukan panen raya di Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Jabar) bersama Gubernur Ridwan Kamil melalui keterangan tertulis yang diterima, di Jakarta, Selasa.

Dr Salim Segaf Al Jufri menyampaikan hal itu, sekaligus dalam rangka memperingati Hari Tani 2021, dengan menggelar sarasehan bersama petani-petani se-Indonesia secara virtual.

Saat ini, ia menilai regenerasi petani berjalan lambat dan berakibat pada banyaknya petani di Tanah Air yang sudah termasuk lanjut usia (lansia). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 60,8 persen petani di Indonesia berusia di atas 45 tahun.

Selain mendukung aspek permodalan dan regenerasi, PKS juga meminta Pemerintah agar melindungi petani dengan tujuan utamanya meningkatkan kesejahteraan kelompok tersebut.

Salah satu bentuk perlindungan bagi petani ialah tata niaga komoditas pertanian harus berpihak pada kepentingan petani. Kemudian harus ada kebijakan agar harga tetap stabil, sehingga petani tidak menanggung rugi terutama saat musim panen.

"Jangan ada lagi impor beras apalagi saat panen raya. Negara harus melindungi petani," kata Salim. Sebab, melindungi petani merupakan tanggung jawab Pemerintah sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.

Ia juga menekankan masa depan dunia adalah ketahanan pangan. Di satu sisi, Indonesia memiliki potensi luar biasa dari sektor pertanian, sehingga bisa menjadi negara besar jika keberpihakan terhadap petani dilakukan.

"PKS pernah mengirim Pak Anton Apriantono sebagai Menteri Pertanian dan berhasil melakukan swasembada beras sehingga tak perlu impor beras," ujarnya.

Senada dengan itu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil sependapat dengan Salim Segaf bahwa masa depan dunia adalah ketahanan pangan. Khusus Jawa Barat, saat ini sudah surplus produksi padi. Bahkan, bisa mengirim satu ton lebih untuk kebutuhan nasional.

"Kami sudah uji coba metode baru di Jawa Barat, kalau biasanya satu hektare bisa menghasilkan lima sampai enam ton, dengan metode baru bisa menghasilkan 10 hingga 11 ton, dan ini sudah berhasil di tiga kabupaten," ujarnya.

Kang Emil sapaan akrabnya, mengatakan gerakan petani milenial juga sudah dilakukan di Jabar. Hal itu diterapkan dengan mengetengahkan slogan "Hidup di Desa, Rezeki Kota" untuk mendukung petani milenial di provinsi tersebut.

Lebih jauh, ia mengatakan saat pandemi COVID-19 ada tiga sektor yang tumbuh, dua di antaranya yakni pangan dan digital. Jabar sudah menggabungkan keduanya, agar anak-anak muda bisa berkecimpung di dunia pertanian.

"Misalnya sekarang memberi makan ikan cukup lewat telepon pintar, mencari ikan di Pelabuhan Ratu cukup pakai aplikasi satelit, yang biasanya 300 kilogram sekarang bisa satu ton," kata Emil.

Dalam kesempatan itu, Salim Segaf ikut memborong 10 ton gabah kering dari petani muda di Desa Pasir Tanjung, Lemah Abang, Kabupaten Karawang, Jabar.
Baca juga: Pupuk Indonesia dukung regenerasi petani di Hari Tani
Baca juga: Kementan: Regenerasi petani muda mulai terlihat

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021