New York (ANTARA) - Dolar melonjak ke level tertinggi satu tahun terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), didorong meningkatnya ekspektasi pengurangan pembelian aset atau tapering Federal Reserve AS akan dimulai November dan kenaikan suku bunga mungkin pada akhir 2022.

Greenback juga bernasib baik meskipun ada kebuntuan di Washington atas plafon utang AS yang mengancam akan menjerumuskan pemerintah ke dalam penutupan.

Mata uang cadangan terbesar di dunia, yang dilihat sebagai tempat aman pada saat pasar tertekan, telah menguat dalam beberapa hari terakhir karena investor malah fokus pada kekhawatiran perlambatan global, kenaikan harga energi dan imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih tinggi.

Pedagang juga khawatir bahwa The Fed akan mulai menarik dukungan kebijakan saat pertumbuhan global melambat. "Fed telah mengisyaratkan percepatan memulai normalisasi kebijakan moneter," Kit Juckes, ahli strategi makro di Societe Generale, menulis dalam catatan penelitian terbarunya.

“Ketika AS lolos dari tingkat suku bunga kisaran nol, meninggalkan zona euro dan Jepang, kelebihan tabungan global akan ditarik ke arah dolar, yang dapat mengungguli sebagian besar mata uang lainnya di tahun mendatang, dan mungkin memulai pergerakannya lebih awal dari yang kami perkirakan," tambah Juckes.

Baca juga: Dolar AS terus menguat di Asia saat investor bersiap untuk "tapering"

Indeks dolar - yang mengukur mata uang AS terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya - naik untuk hari keempat berturut-turut, menjadi 94,435, tertinggi sejak akhir September tahun lalu. Indeks terakhir naik 0,7 persen pada 94,404.

Erik Nelson, ahli strategi makro di Wells Fargo di New York, memperkirakan kenaikan lebih lanjut 2,0 persen hingga 3,0 persen dalam indeks dolar.

Greenback juga tidak terpengaruh, bahkan ketika Senat AS dari Partai Republik pada Selasa (28/9/2021) memblokir tawaran oleh rekan Demokrat Presiden Joe Biden untuk mencegah gagal bayar kredit AS yang berpotensi melumpuhkan, dengan pendanaan federal akan berakhir pada Kamis waktu setempat dan otoritas pinjaman sekitar 18 Oktober.

Senat dapat memberikan suara pada Rabu (29/9/2021) atau Kamis (30/9/2021) tentang resolusi bipartisan untuk mendanai operasi federal hingga awal Desember, kata Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer.

Euro termasuk di antara mata uang yang melemah, jatuh di bawah level 1,16 dolar, terendah sejak akhir Juli 2020. Terakhir diperdagangkan turun 0,8 persen menjadi 1,1592 dolar.


Baca juga: Dolar naik ke puncak 10,5 bulan, dipicu lonjakan imbal hasil obligasi

Yen menunjukkan sedikit reaksi terhadap terpilihnya Fumio Kishida sebagai pemimpin Partai Demokrat Liberal yang berkuasa di Jepang, yang menempatkannya di jalur untuk menjadi perdana menteri negara berikutnya.

Yen, mata uang yang paling sensitif terhadap imbal hasil AS karena suku bunga yang lebih tinggi dapat menarik arus modal dari Jepang, menyentuh level terendah 18 bulan terhadap dolar yang bangkit kembali.

Dolar naik setinggi 112,04 yen, level terkuat sejak akhir Februari tahun lalu, dan terakhir naik 0,4 persen pada 111,99 yen.

Dolar juga naik ke level tertinggi lebih dari lima bulan di 0,9355 franc. Dolar terakhir naik 0,7 persen pada 0,9351 franc.

Pedagang mata uang juga memperhatikan komentar dari para gubernur bank sentral utama pada Rabu (29/9/2021), yang menjadi panelis di forum Bank Sentral Eropa di Sintra, Portugal.

Ketua Fed Jerome Powell, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde dan Gubernur Bank Sentral Inggris Andrew Bailey mengatakan mereka mengawasi inflasi di tengah lonjakan harga energi dan berlanjutnya hambatan produksi.


Baca juga: Saham Asia jatuh, tertekan imbal hasil obligasi AS dan penguatan dolar

Baca juga: Dolar AS menguat dipicu ketidakpastian atas krisis utang Evergrande

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021