Jakarta (ANTARA) - Di salah satu lorong panjang di sisi Barat Stasiun Tebet, belasan gerobak dagang dari Suku Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Jakarta Selatan hampir semua diisi oleh pedagang kaki lima.

Penampakan itu bukan lagi memperlihatkan pedagang kaki lima yang kerap kita temui di pinggir jalan.

Namun, pedagang kaki lima yang dimaksud adalah mereka yang telah mendapat sejumlah gerobak yang “wajahnya” berbeda dibanding sebelumnya.

Gerobak-gerobak itu sengaja ditempatkan tepat di samping Stasiun Tebet untuk memudahkan pedagang lebih nyaman menjajakan produknya.

Karena, penyediaan gerobak itu merupakan salah satu bagian dari penataan “wajah baru” Stasiun Tebet yang diintegrasikan dengan berbagai moda transportasi di DKI.

Baca juga: Anies harap integrasi antarmoda dorong warga gunakan transportasi umum

Setiap gerobak, dimanfaatkan oleh dua pelaku UMKM sekaligus. Pemanfatannya dibuat berjadwal. Dari pukul 06.00 WIB-14.00 WIB, lalu pukul 14.00 WIB hingga 21.00 WIB.

Nasrul, salah satu pedagang yang telah menempati gerobak itu, menjadi saksi nyata bagaimana dia menjajal tempat itu untuk memasarkan produknya kepada warga.

Bila dulu Nasrul berada di tengah terik matahari, dan melintasi hari-harinya dengan berdiri. Kini Ia hanya melakukan itu bila ada yang melintas di depannya, itu pun tak lama.

Tampaknya, Ia tak lagi melakukan banyak upaya untuk memasarkan dagangannya. Pasalnya, integrasi stasiun dengan beberapa moda transportasi telah memudahkan mereka melihat pengunjung.

Kendati saat ini, di antara pembeli masih belum banyak berkunjung, Ia tak kecewa. Bahkan bila mereka hanya melintas atau sekadar mengobrol saja.

Sebaliknya, Ia merasa sumringah ketika warga mengajak bercerita bersama.

“Sebelumnya saya berdagang itu di sana (di bawah jembatan). Tapi, sekarang Alhamdulillah udah dikasih tempat yang bagus, sehingga kita lebih nyaman dan manusiawi berjualan,” katanya saat ditemui di kawasan Stasiun Tebet, Rabu.

Salah satu lorong masuk di Pintu Barat Stasiun Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (28/9/2021). (ANTARA/Sihol Hasugian)
Nasrul yang mendapat jadwal berdagang shift pertama dari pukul 06.00-14.00 WIB itu begitu mengharapkan keadaan Stasiun Tebet yang kini terintegrasi dengan berbagai moda transportasi memacu ekonomi sekitar semakin menggeliat.

Apalagi, pria berusia 56 tahun ini bersama rekan-rekannya sudah lama tak menghasilkan pendapatan yang cukup karena wabah pandemi COVID-19.
​​​
Baca juga: Penataan Stasiun Tebet dan Palmerah wujudkan integrasi antarmoda

“Tinggal sekarang pengunjungnya saja, semoga semakin banyak yang datang karena sudah terintegrasi di sini,” katanya seraya mengharap hal itu segera tiba.

Di sisi kanan Nasrul, salah satu pedagang lainnya, Cahya Budiman (35) telah menempati lokasi binaan Suku Dinas PPKUKM Jakarta Selatan itu sejak tiga hari lalu.

Serupa dengan Nasrul, Ia juga tak berlaku banyak saat berjualan.

Kendati telah tiga hari menjalankan dagangannya di tempat baru itu, Ia belum merasakan geliat ekonomi seperti yang diharapkan.

Walau demikian, Ia urung patah arang. “Tetap bersabar," celetuknya.

Mungkin relokasi pedagang sedikit menjadi pemicunya. Bisa saja hal itu juga membuat pengunjung tak mengetahui keberadaan mereka.

Karenanya, dia mengatakan masih perlu waktu bagi pengunjung untuk mengetahuinya. Dengan demikian, pengalaman tiga harinya di lokbin itu tak lagi muncul.

Dalam beberapa waktu ke depan, diyakini pembeli akan berdatangan ke tempat jualannya dan para pedagang lainnya, hanya menunggu waktu, katanya.

“Langganan juga banyak yang belum tahu, karena kan sebelumnya bukan di sini,” kata pria yang menjajakan aneka jualan minuman itu.

Menjadi perhatian
Kondisi Nasrul dan Cahya hanya sekelumit alasan mengapa pelaku UMKM mesti diperhatikan. Setuju atau tidak saat ini mereka telah menjadi salah satu bagian pemulihan ekomomi yang dicanangkan oleh pemerintah di tengah pandemi COVID-19.

Sejumlah upaya pun telah diputuskan untuk mempertahankan geliat ekonomi dari mereka. Kendati pandemi belum sepenuhnya mereda, pemerintah mengambil langkah guna memacu ekonomi mereka.

Penataan Stasiun Integrasi Tebet yang baru diresmikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Rabu kemarin menjadi salah satu strateginya.
​​
Baca juga: Jaksel harapkan penataan Stasiun Tebet tekan kemacetan

Sebanyak 72 pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) binaan Suku Dinas PPKUKM Jakarta Selatan pun langsung menempati lorong yang telah disediakan di sisi Barat dan Timur Stasiun.

Mereka itu termasuk bagian dari penataan Stasiun Integrasi Tebet. Strategi itu pun tampaknya bakal memulihkan kondisi mereka.

Pasalnya, jumlah pengunjung diprediksi bakal semakin bertambah seiring integrasi moda transportasi di sana.
 

Salah satu lorong masuk di Pintu Timur Stasiun Integrasi Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (29/9/2021). ANTARA/Sihol Hasugian
Tingkatkan penumpang
Lantas bagaimana memulihkan UMKM tersesat? Salah satunya adalah lewat kunjungan penumpang. Karena itu perlu peningkatan jumlah penumpang pada integrasi moda transportasi tersebut.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga mengharapkan demikian, agar penataan itu dapat memacu warga untuk menaiki transportasi publik.

Ia menuturkan bahwa penggunaan transportasi umum menjadi pilihan yang rasional karena lebih terjangkau dari segi biaya dan jarak.

Tidak hanya itu, dia mengungkapkan bahwa transportasi publik juga lebih dan dapat diprediksi waktu tibanya dibanding kendaraan pribadi.

“Kami berharap pengintegrasian ini akan lebih banyak lagi warga yang merasakan bahwa naik kendaraan umum itu adalah pilihan rasional,” kata Anies.
​​
Baca juga: Usai diresmikan, 72 pelaku UMKM tempati lokbin Stasiun Tebet

Selain karena terjangkau, transportasi publik juga jauh lebih membuat masyarakat menjadi lebih produktif karena melakukan aktivitas di dalam kendaraan.

VP Public Relations Kereta Api Indonesia Joni Martinus mendukung integrasi transportasi tersebut karena mempermudah masyarakat mengakses transportasi umum.

Konektivitas antarmoda yang baik diharapkan meningkatkan jumlah pengguna transportasi umum.

“Penataan kawasan stasiun ini akan meningkatkan aksesibilitas para pengguna KRL saat akan menuju atau tiba di stasiun," ujar Joni.

Setelah ditata, kawasan stasiun menjadi lebih teratur dan dilengkapi integrasi antarmoda yang baik.

Dengan begitu, harapannya jumlah pengguna akan semakin meningkat yang dibarengi dengan meningkatnya kunjungan di gerai pedagang sehingga pemulihan sektor UMKM di tengah integrasi moda transportasi itu dapat tercapai.

Pemulihan UMKM
Pemerintah Kota Jakarta Selatan juga meyakini hal demikian. “Wajah baru” stasiun yang dulunya kumuh dan tidak tertata itu akan mampu mengangkat ekonomi sekitar.

Karena bagaimana pun, penataan tak hanya ditujukan mengurai kemacetan. Akan tetapi juga mengurai kemunduran pelaku UMKM.

“Tebet dalam hal ini, Jakarta Selatan dipandang mampu mengintegrasikan moda termasuk UMKM,” kata Pelaksana tugas Wali Kota Jakarta Selatan Isnawa Adji.

Stasiun Integrasi Tebet ini diharapkan menjadi percontohan bagi stasiun lainnya. Yang tak hanya tampilannya juga karena memacu geliat ekonomi di sekitarnya.

Para pedagang yang biasanya berjualan di sekitar stasiun, kini sudah memiliki tempat khusus di dalamnya.

Masyarakat yang menggunakan moda commuter line dan ingin menggunakan TransJakarta dan MikroTrans ke berbagai rute semakin dimudahkan.

Warga yang ingin menggunakan layanan transportasi ojek daring juga dimudahkan dengan adanya tempat khusus bagi tukang ojek pangkalan.

Keberadaan itu diharapkan membuat semakin banyak warga DKI beralih menggunakan transportasi umum ketimbang kendaraan pribadi sehingga memacu geliat ekonomi para pelaku UMKM lewat integrasi transportasi itu.

Baca juga: Warga apresiasi penataan Stasiun Integrasi Tebet

Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2021