Jakarta (ANTARA) - Judoka tuan rumah peraih medali emas Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, Desi Rahayu, mengungkapkan situasi pandemi turut berperan dalam kemenangan pertamanya pada partai final nomor perorangan putri 63 kg di Mimika, Kamis.

"Dengan adanya pandemi justru lebih fokus kepada pemusatan pelatihan, kami (atlet) tidak bisa seenaknya keluar masuk asrama karena ada pembatasan dan lebih disiplin," kata Desi dalam konferensi pers di Graha Eme Neme Yauware, Mimika, Papua, Kamis.

Desi berhasil menyumbang medali emas bagi Papua setelah mengalahkan Ardelia Yuli Fradivtha dari Jawa Barat dengan kemenangan "ippon" dalam sisa waktu 52 detik.

Dengan "ippon", maka atlet meraih skor tertinggi dalam pertandingan judo dengan cara menjatuhkan lawan memakai teknik bantingan.

Atlet berusia 30 tahun ini menilai program pemusatan pelatihannya berjalan lebih maksimal saat pandemi. Meski baru 1,5 tahun bergabung dengan kontingen Papua, namun dia merasa sudah mempunyai cukup bekal untuk berlaga sebelum akhirnya menimba emas.

Baca juga: Pantouw bersaudara boyong dua emas Judo bagi DKI Jakarta

Medali emas PON perdana Desi itu tercipta juga berkat dukungan suporter yang meramaikan tribun pertandingan.

Desi menceritakan, pencapaian membanggakan hari ini menjadi buah kerja kerasnya setelah gagal mencetak medali dari tiga ajang PON sebelumnya.

Pada PON Kalimantan Timur 2008 dan Riau 2012, Desi nihil medali. Sementara pada PON Jawa Barat 2016, Desi absen karena vakum untuk fokus kepada keluarga.

"Kemenangan ini untuk keluarga, suami dan anak. Mungkin ini rezeki saya dapat emas karena awalnya tidak terpikir mendapat medali emas. Mungkin karena ikhlas dan tekun berlatih akhirnya malah dapat," kata ibu dua anak ini.

Baca juga: Jakarta amankan emas ke-19 PON dari judo, kalahkan Jabar

Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021