Jakarta (ANTARA News) - Kanker kulit dan penyakit pernafasan diduga sebagai dua penyakit pertama yang disebabkan oleh perubahan iklim bumi yang antara lain diakibatkan oleh pemanasan global.

"Penipisan lapisan ozon di stratosfer telah meningkatkan risiko serangan kanker kulit dan peningkatan temperatur akibat perubahan iklim dapat meningkatkan konsentrasi ozon permukaan yang merupakan salah satu pencemar udara utama yang dapat menyebabkan penyakit pernafasan," kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan, perubahan iklim juga akan memicu semakin berkurangnya keanekaragaman hayati sehingga dapat menyebabkan langkanya bahan baku obat dari tumbuhan.

Selain itu, degradasi lahan dan perubahan fungsi ekosistem dapat menyebabkan perubahan penyebaran vektor penyakit dan penurunan sumber daya air yang menyebabkan keterbatasan akses pada air bersih dan sanitasi yang sehat.

Saat ini, di Indonesia seperti juga di banyak negara di dunia, mulai terlihat tanda-tanda seperti peningkatan curah hujan yang cukup signifikan pada musim basah dan penurunan curah hujan pada bulan-bulan kering.

Tjandra memaparkan perubahan iklim mempengaruhi kesehatan melalui jalur kontaminasi mikroba dan transmisi dinamis di mana dampak kesehatan yang dapat terjadi dari proses tersebut di antaranya efek peningkatan temperatur terhadap kesakitan dan kematian, bencana akibat cuaca ekstrem, peningkatan pencemaran udara, penyakit bawaan air dan makanan, dan penyakit bawaan vektor dan hewan pengerat.

"Peningkatan penyebaran agen penyakit bawaan air akan meningkatkan wabah penyakit menular seperti leptospirosis, diare, dan kolera. Penyakit diare memiliki risiko tinggi di sebagian wilayah Indonesia," kata Tjandra.

Peningkatan temperatur udara sebesar 2-3 derajat Celsius akan meningkatkan jumlah penderita penyakit tular vektor sebesar 3-5 persen karena peningkatan temperatur akan memperluas distribusi vektor dan meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan parasit menjadi infektif.

Kementerian Kesehatan disebut Tjandra akan melakukan kajian terhadap dampak perubahan iklim terhadap kesehatan dalam program 2010-2014 terutama untuk perkembangan penyakit bawaan air, penyakit bawaan vektor, penyakit bawaan udara, bencana dan kecelakaan, dan penyakit tidak menular skala nasional.

Untuk kebijakan, direncanakan pembuatan Perundang-undangan yang mendukung terciptanya lingkungan yang preventif terhadap penyakit serta penyusunan peraturan perundangan yang mendukung usaha adaptasi perubahan iklim sektor kesehatan.

"Kami juga akan melakukan penguatan kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan masyarakat dengan tujuan aksi adaptasi dan pencegahan penyakit serta melakukan sosialisasi strategi adaptasi perubahan iklim bagi seluruh legislatif dan jajaran pemerintah pusat agar terbentuk komitmen serta rencana aksi implementasi kegiatan," katanya.
(A043/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011