Selama pasar tetap yakin bahwa AS akan mulai mengetatkan kebijakan moneter dalam jangka waktu yang wajar, dolar akan tetap didukung dengan baik...
Singapura (ANTARA) - Dolar memulai kuartal terakhir 2021 di perdagangan Asia pada Jumat pagi, dengan bergerak mendekati level tertinggi tahun ini dan menuju minggu terbaik sejak Juni, karena pasar mata uang bersiap untuk suku bunga AS naik sebelum mata uang rekan-rekan utama.

Euro tergelincir 0,1 persen pada awal perdagangan Jumat menjadi 1,1572 dolar dan telah jatuh 1,3 persen minggu ini, jatuh melampaui level dukungan penting di sekitar 1,16 dolar, menyentuh level terendah sejak Juli 2020.

Yen turun 0,6 persen untuk minggu ini dan dua kali lipat dalam dua minggu karena imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih tinggi telah menarik arus keluar dari yen Jepang ke dolar. Imbal hasil obligasi pemerintah AS telah melonjak karena meningkatnya ekspektasi pasar tentang tapering AS pada akhir tahun dan kenaikan suku bunga pada 2022.

Baca juga: Dolar AS jatuh dari tertinggi 1 tahun karena data lemah, konsolidasi

Yen melambung dari level terendah 19-bulan di 112,08 per dolar pada Kamis (30/9/2021) dan terakhir diperdagangkan di 111,41 per dolar. Indeks dolar berdiri di 94.327, setelah naik 1,1 persen sejauh minggu ini, kenaikan mingguan terbesar sejak akhir Juni.

Pertemuan Federal Reserve pekan lalu memperkuat ekspektasi untuk pengurangan pembelian aset mulai tahun ini dan kenaikan suku bunga mulai tahun depan atau awal tahun 2023.

"Selama pasar tetap yakin bahwa AS akan mulai mengetatkan kebijakan moneter dalam jangka waktu yang wajar, dolar akan tetap didukung dengan baik dan akhirnya bisa naik 5-10 persen dari level saat ini," kata ahli strategi Societe Generale, Kit Juckes.

Baca juga: Rupiah akhir pekan diperkirakan terkoreksi, masih dibayangi "tapering"

"Prospek Bank Sentral Eropa mempertahankan suku bunga di bawah nol sementara Fed menaikkan suku bunga akan menjaga euro/dolar dalam kisaran pasca 2014, dengan pusat gravitasi sekitar 1,12-1,16 dolar," katanya.

Mata uang komoditas melompat terhadap dolar pada Kamis (30/9/2021) menyusul laporan Bloomberg yang mengatakan China telah memerintahkan perusahaan energi mengamankan pasokan untuk musim dingin dengan segala cara, mengutip orang yang tidak disebutkan namanya yang mengetahui masalah tersebut.

Beijing berusaha keras untuk mengirimkan lebih banyak batu bara ke utilitas untuk memulihkan pasokan di tengah krisis listrik yang telah meresahkan pasar karena kemungkinan pukulan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dolar Australia naik 0,7 persen semalam tetapi itu hampir tidak cukup untuk mengimbangi penurunan pada kuartal tersebut karena harga-harga untuk ekspor utama Australia, bijih besi, turun. Aussie merosot 3,6 persen pada kuartal ketiga - kinerja terburuk mata uang G10 terhadap dolar.

Aussie mencapai posisi terendah satu bulan awal pekan ini dan terakhir sedikit di atas level tersebut di 0,7222 dolar AS. Dolar Selandia Baru juga terangkat dari level terendah sebulan pada Kamis (30/9/2021) dan terakhir berada di 0,6892 dolar AS.

Bank sentral di kedua negara bertemu minggu depan, dengan Bank Sentral Selandia Baru diperkirakan akan menaikkan suku bunga.

Sterling juga berkinerja buruk pada kuartal terakhir, merosot 2,5 persen, dan tampaknya akan mencatat minggu terburuknya dalam lebih dari sebulan dibebani oleh kekhawatiran tentang bank sentral yang terdengar hawkish meskipun ada masalah rantai pasokan yang meningkat.

Sterling diperdagangkan sedikit di atas level terendah 9 bulan di 1,3445 dolar.

Pasar di Hong Kong dan China tutup pada Jumat. Di kemudian hari, para pedagang menunggu data pengeluaran pribadi AS dan deflator konsumsi inti dan dengan gelisah mengawasi setiap kemajuan dalam perdebatan mengenai kenaikan plafon utang AS.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021