Seoul (ANTARA) - Saham-saham Korea Selatan berakhir melemah tajam pada perdagangan Jumat, mencatat penurunan mingguan paling rendah dalam enam minggu, setelah sentimen di seluruh kawasan dilanda kekhawatiran atas inflasi dan krisis listrik China serta dampaknya terhadap rantai pasokan global.

Indikator utama Bursa Efek Korea, Indeks Harga Saham Gabungan Korea (KOSPI), turun tajam 1,62 persen atau 49,64 poin menjadi ditutup pada 3.019,18 poin. Untuk minggu ini, indeks anjlok 3,39 persen, penurunan terbesar sejak pertengahan Agustus. Indeks acuan turun 0,49 persen di minggu sebelumnya.

Indeks acuan terutama terseret oleh saham-saham perusahaan besar sektor teknologi, dengan raksasa chip Samsung Electronics dan SK Hynix masing-masing merosot 1,21 persen dan 2,91 persen, sementara perusahaan platform daring Naver terpangkas 1,55 persen.

“Kekhawatiran tentang berlanjutnya gangguan rantai pasokan secara global karena krisis listrik China tampak mengurangi sentimen investor. Itu telah menambah kekhawatiran tentang pendapatan perusahaan yang akan datang,” kata Huh Jae-hwan, seorang analis di Eugene Investment & Securities.

Investor asing adalah penjual bersih saham senilai 299,9 miliar won (252,56 juta dolar AS) di papan utama.

Won berakhir pada 1.188,7 per dolar di platform penyelesaian dalam negeri, 0,40 persen lebih rendah dari penutupan sebelumnya di 1.184,0. Di perdagangan luar negeri, won dikutip pada 1.187,2 per dolar, turun 0,3 persen dari hari sebelumnya.

Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah Korea 3-tahun yang paling likuid menguat 3,9 basis poin menjadi 1,633 persen, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah Korea10-tahun yang jadi acuan naik 2,2 basis poin menjadi 2,259 persen.

Baca juga: Saham Korea Selatan berakhir lebih tinggi jelang data inflasi AS
Baca juga: Saham Korsel perpanjang kenaikan beruntun 4 hari
Baca juga: Saham Korea Selatan "rebound", terdongkrak pembelian ritel investor

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021