Jakarta (ANTARA) - Provinsi DKI Jakarta mengalami deflasi sebesar 0,06 persen pada September 2021 setelah di Agustus mengalami inflasi 0,08 persen.

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, kondisi serupa juga dialami kota-kota lain yang berada di sekitar Jakarta seperti Depok, Bogor dan Tangerang masing-masing mengalami deflasi 0,1, 0,07 dan 0,07 persen.

Komoditas yang menyumbang deflasi adalah telur ayam ras yang turun 0,06 persen, emas dan perhiasan turun 0,02 persen serta daging ayam ras turun 0,03 persen.

Terkait harga telur, Kepala Bidang Ketahanan Pangan Provinsi DKI Jakarta, Lia Imbasari mengakui mengalami penurunan sebesar 2,79 persen pada pekan keempat September 2021.

Turunnya harga telur tersebut disebabkan pasokan yang melimpah dari peternak. Namun pasokan itu tidak sebanding dengan permintaan di masyarakat yang cenderung turun.

Anjloknya harga telur memang terjadi di tingkat peternak sejak awal September 2021 akibat kelebihan pasok. Harga di tingkat peternak mencapai Rp14 ribu per kilogram, sedangkan harga pokok produksi Rp22 ribu per kilogram.

Persoalan anjloknya harga ini tidak hanya terjadi pada telur saja, tetapi juga komoditas lainnya seperti cabai, bawang, semangka, melon dan sebagainya. Fenomena ini terus terjadi dari tahun ke tahun dengan komoditas yang berbeda-beda.

Salah satu penyebabnya adalah petani/peternak keliru dalam mengantisipasi terjadinya fluktuasi harga. Padahal data resmi mengenai harga komoditas sudah banyak tersaji. Namun tetap saja persoalan harga masih menjadi bayang-bayang kerugian hingga saat ini.

Mungkin masih ingat menjelang Lebaran 2021 harga telur sempat mengalami kenaikan di tingkat konsumen. Bahkan ketika itu, pemerintah terpaksa melakukan operasi pasar khusus telur agar harga tetap stabil.

Baca juga: Pantauan DKPKP DKI harga telur stabil usai digelar pangan murah
Harga jual telur di salah satu swalayan di wilayah Tebet, Kota Jakarta Selatan dibandrol Rp3300 per 100 gram, Senin (21/12/2020). (ANTARA/Laily Rahmawaty)

Berlimpah
Namun kondisi demikian berbalik di September 2021 ini ketika pasokan telur justru berlimpah. Padahal kebutuhan telur biasanya baru akan meningkat menjelang akhir tahun saat perayaan Natal dan tahun baru.

Ada juga yang menyebut meredanya kasus COVID-19 membuat masyarakat membatasi konsumsi telur.  Saat kasus COVID-19 merebak, telur memang menjadi salah satu asupan gizi untuk meningkatkan imun tubuh di samping daging.

Di sini, sebagai peternak atau petani dituntut agar jeli membaca pasar ke depan. Keuntungan besar yang didapat pada bulan ini belum tentu akan didapat pada bulan berikutnya.

Karena itu, sangat penting di daerah produksi agar tidak bergantung kepada satu penampung saja.

Soal penyerapan telur di pasaran memang bukan perkara yang mudah mengingat masa kedaluwarsa dari komoditas pangan ini sangat singkat. Apabila terlalu lama disimpan dampaknya bisa rusak dan tidak layak konsumsi.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bahkan harus membeli mesin penyimpanan (Controlled Atmosphere Storage/CAS). Mesin tersebut berfungsi untuk menyimpan bahan pangan segar seperti bumbu pokok, sayuran.dan buah segar.

Masa simpan bahan pangan dengan mesin tersebut adalah sekitar enam bulan dengan kapasitas puluhan ton.

Dengan cara itu harga di tingkat konsumen maupun di daerah produksi akan selalu terjaga. Manajemen penyimpanan itu merupakan hal yang penting ke depan untuk diterapkan terutama untuk kota-kota yang lahan pertaniannya terbatas.

Baca juga: Telur dan cabai murah ada di lima pasar ini
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan) berdialog dengan pedagang telur ayam saat peninjauan pasokan dan harga sembako di Pasar Mayestik, Kebayoran Baru, Jakarta, Selasa (11/5/2021). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj. 
Antisipasi
Terkait persoalan anjloknya harga telur di tingkat peternak telah diantisipasi pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan. Pemerintah berencana menyerap produksi peternak untuk memenuhi kebutuhan bantuan sosial.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, langkah ini merupakan terobosan agar harga telur kembali stabil, sedangkan di sisi lain gizi masyarakat meningkat.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo sempat berdialog dengan Suroto, seorang peternak ayam petelur dari Desa Suruhwadang, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, di Istana Kepresidenan. Suroto mengeluhkan harga telur mengalami penurunan yang membuatnya tidak mampu lagi membeli harga pakan.

Lutfi mengaku daya serap telur di masyarakat cenderung turun. Harga telur secara nasional berada sekitar 10-20 persen dari harga standar Kementerian Perdagangan.

Untuk itu, dengan menyerap telur dari peternak, diharapkan tidak hanya membantu para peternak ayam petelur, namun strategi tersebut juga bisa menjaga gizi masyarakat untuk memperkuat imun tubuh di tengah pandemi COVID-19.

Berdasarkan pengamatan di sejumlah daerah  harga telur ayam masih mengalami penurunan. Harganya bahkan terus menyentuh titik terendah hingga di bawah Rp20.000 per kilogram (kg) dari harga normal Rp20.000 sampai Rp25.000.

Di tingkat agen bahkan harganya menyentuh Rp17.500 per kg.

Baca juga: DKI Jakarta siapkan operasi pasar kendalikan harga telur
Petugas Suku Dinas Ketahanan Pangan, Keluatan dan Pertanian (KPKP) Kota Jakarta Selatan melakukan pengecekan telur dalam sidak pangan jelang perayaan Natal dan tahun baru 2020 di Galael Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (21/12/2020). ANTARA/Laily Rahmawaty/aa.

Ikut berperan
Nasib buruk yang dialami peternak ayam petelur ini ternyata membuat sejumlah pihak prihatin bahkan berperan dan mencari solusi agar harga di tingkat peternak dapat kembali pulih.

Salah satunya, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang menghimpun donasi untuk membeli telur ayam dari peternak dengan harga Rp20 ribu per kg. Telur tersebut akan didistribusikan untuk masyarakat yang membutuhkan, panti asuhan dan yayasan pendidikan.

"Tak banyak yang bisa kami berikan. Semoga bermanfaat untuk peternak yang kami datangi," kata Juru Bicara DPP PSI Kokok Dirgantoro usai melakukan kunjungan ke Blitar beberapa waktu lalu.

Menurut Kokok, di tengah-tengah tekanan yang dialami peternak, penting juga untuk menstabilkan harga pakan ternak. Harga jagung pakan eceran untuk wilayah Kediri dan Blitar sempat menyentuh Rp6.000 per kilogram padahal harga pemerintah Rp4.500 per kilogram.

Dengan membuat harga pakan kembali stabil tentunya akan membuat peternak terbantu di tengah-tengah harga telur yang masih rendah.

Terkait kunjungan ke Jawa Timur, Kokok beralasan merupakan salah satu provinsi pemasok telur terbesar. Provinsi Jatim menghasilkan 1,6 juta ton lebih telur ayam pada 2019. Jumlah tersebut adalah 34,4 persen produksi telur nasional.

Telur ayam adalah salah satu asupan protein untuk rakyat dengan harga terjangkau. Juga menjadi komoditas yang memberi manfaat ekonomi untuk warung makan, pedagang kue, warung mi instan dan banyak lagi.

Dampak pengganda komoditas telur ayam terhadap perekonomian cukup signifikan.

Saat ini yang diperlukan adalah menjaga agar para peternak jangan sampai gulung tikar. Harus selalu tercipta kondisi yang saling menguntungkan antara peternak dan petani jagung selaku pemasok pakan.

Yang juga perlu diperhatikan saat ini, yakni memastikan harga jagung dan harga telur ayam sama-sama stabil sehingga bisa menguntungkan semua pihak sehingga dapat mendukung upaya pemulihan ekonomi.
Baca juga: Harga Terigu, Minyak Goreng dan Telur di DKI Cenderung Naik

Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021