Jakarta (ANTARA) - Atrofi vagina adalah kondisi di mana lapisan vagina menjadi kering dan terjadi selama masa perubahan hormonal, seperti menopause.

Kondisi itu salah satunya ditandai rasa gatal dan mempengaruhi lebih dari setengah orang menopause.

Selain gatal, gejala paling umum atrofi vagina termasuk munculnya rasa sakit saat berhubungan intim, perdarahan ringan setelahnya, sering buang air kecil dan merasa terbakar saat berkemih, kata pakar OB-GYN dari Orlando Health Winnie Palmer Hospital for Women & Babies, Christine Greves, MD seperti dikutip dari Insider, Senin.

Atrofi vagina juga dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih dan vagina. Menurut Graves, ini karena jaringan vagina yang lebih tipis dan kering lebih rentan robek.

Pakar OB-GYN Huong Nghiem-Eilbrek, MD mengatakan, atrofi vagina disebabkan penurunan hormon estrogen yang berfungsi membantu menjaga elastisitas, ketebalan, pelumasan, dan keseimbangan pH vagina.

Inilah alasan menopause bisa menjadi penyebab utama, karena pada periode ini seorang wanita menghasilkan lebih sedikit estrogen.

Namun, penurunan estrogen yang dapat menyebabkan atrofi vagina juga dapat disebabkan sejumlah kondisi seperti tindakan pengangkatan kedua ovarium (ooforektomi) dan pengobatan kanker payudara.

Selain itu bisa juga akibat melahirkan, yang mengakibatkan penurunan estrogen. Sebuah studi tahun 2018 terhadap wanita pascapersalinan menemukan, sebanyak 43 persen melaporkan kekeringan pada vagina enam bulan setelah melahirkan.

Menyusui juga mengurangi kadar estrogen karena hormon prolaktin yang menyebabkan laktasi juga dapat menurunkan kadar estrogen.

Baca juga: Penjelasan ginekolog soal kondisi normal Miss V dan tanda infeksi

Baca juga: Risiko jika perempuan tak gunakan tisu di toilet


Perawatan atrofi vagina

Perawatan atrofi vagina tergantung pada gejala yang dialami dan tingkat keparahannya. Bila gejala utamanya kering pada miss V dan nyeri selama hubungan seksual, maka menggunakan pelumas berbasis air saat berhubungan mungkin yang Anda butuhkan, kata Greves.

Namun, jika menggunakan pelumas tidak membantu atau Anda mengalami gejala lain, seperti rasa terbakar saat buang air kecil atau inkontinensia urin, Anda mungkin memerlukan berbagai bentuk perawatan lain dan penting untuk berkonsultasi ke dokter

Menurut Nghiem-Eibrek, tergantung pada penyebabnya, atrofi vagina dapat membaik seiring waktu. Misalnya, jika Anda mengalami gejala atrofi vagina akibat pengobatan hormon untuk kanker payudara, gejala Anda mungkin mereda setelah Anda menyelesaikan pengobatan.

Demikian juga, bila Anda mengalami atrofi vagina akibat rendahnya kadar estrogen saat menyusui, kadar hormon Anda akan kembali normal setelah penyapihan.

Namun, kadar estrogen yang rendah selama menopause tidak dapat dibalik, tetapi gejalanya dapat dikelola, demikian kata Nghiem-Eibrek.

Baca juga: Mengenal tren mengencangkan organ kewanitaan dengan suntik "stem cell"

Baca juga: Amankah berhubungan intim di kolam renang?

Baca juga: Perangi mitos dan stigma, Museum Vagina pertama dunia hadir di London

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021