Jayapura (ANTARA) - Bila ditakar, entah berapa liter keringat yang dicucurkan oleh para atlet maupun tim pelatih sepak takraw putri DKI Jakarta dalam mempersiapkan keikutsertaan di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua.

Nyatanya, simbah peluh itu bisa menggumpal menjadi medali emas PON Papua yang berkalung di leher Jasmini, Dita Pratiwi, Alda Aulia, Munawarah, Indra Yuliasti, Yunita Indria dan Asmaul Husna di GOR Trikora, Kota Jayapura, Rabu 29 September lalu.

Setelah mengalahkan juara bertahan Jawa Timur 2-1 dalam partai final nomor double tim putri, DKI menorehkan momen bersejarah dengan raihan emas PON perdana mereka di cabang sepak takraw.

Turunnya angka kasus harian COVID-19 pada Januari 2021 lalu, membulatkan tekad pelatih kepala Abdul Gani dan asisten pelatih Lukman Mintang untuk mengumpulkan kembali atlet-atlet pilihannya demi meramu tim utama yang akan dibawa ke Papua.

Seizin sejumlah pemangku kepentingan seperti KONI DKI, Dinas Olahraga DKI serta Pengurus Daerah Persatuan Sepak Takraw Indonesia, anak-anak asuh Abdul Gani diizinkan menggunakan GOR Cendrawasih di Cengkareng, Jakarta Barat untuk mengasah kembali kemampuan.

Abdul Gani lantas memboyong anak-anak asuhnya ke Makassar, di mana DKI kalah 1-2 melawan tim Sulawesi Selatan dalam laga uji coba nomor double tim putri, yang memaksanya merombak kembali komposisi pemain serta pengelompokan regu.

Baca juga: DKI Jakarta jegal ambisi Jatim kawinkan emas sepak takraw double tim

Sepulangnya dari Makassar, kasus COVID-19 di Jakarta tengah meningkat tinggi-tingginya sehingga tim sepak takraw DKI tak lagi dibolehkan menggunakan GOR Cendrawasih karena aturan pembatasan diperketat untuk pencegahan pandemi.

Tak mau program latihannya terputus, Abdul Gani menempuh opsi memindahkan pemusatan latihan sepak takraw DKI ke Lembah Pinus Ciloto, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, medio awal Juni 2021.

"Kami di Ciloto itu hampir tiga bulan sebelum berangkat ke sini, latihan dan latihan terus di sana, lagi pula lanskap di sana masih bagus, masih hijau, jadi kami manfaatkan," kata Abdul

"Pokoknya program dan latihan tidak boleh terputus. Kami di Ciloto itu hampir tiga bulan lamanya sebelum berangkat ke sini," kata Abdul Gani saat ditemui di sela-sela sesi latihan di GOR Trikora, Kota Jayapura, Sabtu (2/10).

"Memang lanskap di sana masih hiaju, jadi ya karpet dari GOR Cendrawasih kami copot-copoti, kami boyong sekalian ke Ciloto," tuturnya menambahkan.

Baca juga: DKI Jakarta jegal ambisi Jatim kawinkan emas sepak takraw double tim

Tak hanya menghabiskan waktu panjang berlatih di Ciloto, tim sepak takraw DKI baik putra maupun putri berangkat cukup dini ke Papua, lebih kurang dua pekan sebelum mereka bertanding.

Selain untuk memberi waktu untuk berbagai proses adaptasi di dalam maupun luar lapangan, kontingen sepak takraw DKI juga sudah berkomunikasi intens dengan tuan rumah untuk melakukan beberapa uji coba.

Kedatangan lebih dini itu diakui Abdul Gani cukup membantu para pemainnya menjadi semakin nyaman untuk berlaga di GOR Trikora, karena sudah menggunakannya dua pekan lebih panjang.

Selanjutnya: Apabila ingin ditarik...

Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021