Merauke (ANTARA) - Muhammad Nicky Hayden turun sebagai pebalap wildcard untuk tim tuan rumah di cabang olahraga bermotor nomor road race kelas standar beregu PON Papua di Merauke.

Bocah 14 tahun asal lereng Gunung Merapi itu kini ditarik untuk membela tim Bumi Cendrawasih di pesta olahraga empat tahunan tersebut.

Nicky akan bertandem dengan Fahmi Basam di tim Papua B untuk kelas yang diikuti pebalap berusia 10-20 tahun tersebut.

"Ini PON pertama kali, senang sekali bisa ikut 'event' ini," kata bocah yang menyandang nama mendiang juara dunia MotoGP 2006 tersebut saat ditemui jelang kualifikasi, Selasa.

Baca juga: Pebalap tuan rumah Fahmi Basam amankan pole standar beregu PON Papua
Baca juga: Mirip Catalunya, Sirkuit Tanah Miring tantang jagoan balap PON Papua


Sebelum turun di PON Papua, Nicky sudah malang melintang meramaikan kejuaraan Oneprix dan Yamaha Sunday Race (YSR).

Pebalap cilik kelahiran 23 Januari 2007 itu telah berlatih setiap hari dari Senin sampai Jumat untuk mempersiapkan diri di PON Papua.

Kemampuan balapnya juga terus diasah selama mengikuti sejumlah kejuaraan nasional yang ia ikuti dalam dua tahun terakhir.

Sejak musim 2020 Nicky turun di Oneprix membela tim Yamaha Akai Jaya Palu.
Pebalap tim roadrace Papua Muhammad Nicky Hayden bersiap menjalani sesi kualifikasi kelas standar beregu PON Papua di Sirkuit Tanah Miring, Merauke. (10/5/2021) (ANTARA/Aditya E.S. Wicaksono)


Baca juga: DKI Jakarta incar emas di semua kelas bermotor PON Papua

Di cabang roadrace standar beregu PON pada Kamis nanti, Nicky akan mengawali balapan dari P7 sedangkan rekan satu timnya, Fahmi Basam mengamankan pole position.

"Bisa lah saya mengejar dari belakang. Sudah berkali-kali latihan di sini, soalnya sebagai tuan rumah," kata Nicky.

"Sirkuit ini mudah sekali untuk melakukan overtake atau mencari lap time.

"Selain itu aman sekali, cuma ada beberapa gravel yang terlalu ngeri."

"Target saya semoga mendapatkan emas," pungkasnya.

Pelatih tim roadrace Papua M Fadli Imammudin mengatakan terkait peta persaingan sendiri, ia tak mewaspadai salah satu tim tertentu karena ia yakin tim-tim rival memiliki pebalap terbaik dari daerahnya.

"Jadi tidak ada satu-dua yang kami spesialkan sebagai musuh berat, tapi kami lebih waspada saja, karena mungkin saja banyak kuda hitam dari kontingen provinsi lain," kata mantan pebalap nasional yang kini juga sebagai atlet para-sepeda itu.

Baca juga: Balap motor Sumbar optimistis raih medali melihat hasil kualifikasi
Baca juga: Persaudaraan Papua-Jabar di obor PON XX
Baca juga: PON XX dan pesan perdamaian dari Papua

Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2021