Mataram (ANTARA) - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengadakan kunjungan kerja ke Nusa Tenggara Barat dalam rangka mendengar tanggapan dan masukan dari kalangan perguruan tinggi negeri dan swasta terkait program Kampus Merdeka.

Mendikbudristek yang akrab disapa Mas Menteri itu melakukan dialog secara hybrid dan virtual dengan jajaran Civitas Akademika Universitas Mataram (Unram), dan sejumlah rektor perguruan tinggi swasta, di area terbuka Auditorium M Yusuf Abubakar Unram, di Mataram, Rabu.

"Saya di sini bukan untuk bicara, mohon maaf, saya di sini untuk mendengar, saya di sini untuk mencatat dan belajar. Saya ingin tahu dari pengalaman bapak ibu apa kebijakan yang mengena, mana yang netes, tidak netes, apa tantangannya dan apa sebenarnya yang sangat dinikmati dan aspirasi apa lagi yang dibutuhkan," katanya.

Baca juga: Mahasiswa sebut banyak ilmu yang bisa didapat dari KKN-TKWU

Di hadapan para rektor, dosen dan mahasiswa, Mas Menteri menjelaskan tentang program Kampus Merdeka, di mana ada 11 program yang dibuka, yakni Indonesian International Student Mobility Awards, Kampus Mengajar, Kementerian ESDM-GERILYA, Magang, dan program Membangun Desa (KKN Tematik).

Selain itu, program Pejuang Muda Kampus Merdeka, Pertukaran Mahasiswa Merdeka, Proyek Kemanusiaan, Riset atau Penelitian, Studi Independen, dan program Wirausaha.

"Firasat kami di Kemdikbudristek benar, bahwa pada saat program dibuka langsung mahasiswa pada masuk mengincar. Itu makanya Kampus Merdeka esensinya memberikan kemerdekaan kepada mahasiswa dan dosen yang mungkin merasa belum terlalu merdeka," ujarnya.

Baca juga: Mahasiswa dapat hadapi tren perubahan dunia kerja lewat KKN-TKWU

Ia mengatakan program Kampus Merdeka juga bertujuan membuat pengajaran di perguruan tinggi seperti simulasi dunia nyata. Artinya, para mahasiswa dan dosen perlu belajar dan mendidik dan menerapkan ilmunya di luar kampus. Selain itu, praktisi-praktisi dari industri juga mau mengajarkan pengalamannya di kampus.

Nadiem menegaskan tidak ingin pembelajaran mata kuliah dengan pola ceramah, di mana mahasiswa datang ke kampus dan duduk diam terus dites pada akhir semester. Hal itu sudah tidak zamannya lagi.

"Sekarang kalau mau ada ceramah silakan direkam ditonton di kelas, lalu diskusikan dan didebat. Buat kerja kelompok dan berinterkasi, jangan duduk bengong mendengar orang bicara karena sekarang sudah tidak ada lagi monopoli informasi," ucapnya.

Baca juga: Kemendikbudristek: MBKM siapkan lulusan yang sesuai dinamika kerja

Menurut dia, peran terpenting dari pengajar dosen dan guru adalah untuk bisa menarik daya nalar dari para mahasiswa agar mereka memiliki kemampuan untuk berdebat dan berpikir kritis.

"Kita ingin berubah, harus berubah, kerja kelompok dan harus lebih banyak belajar presentasi, belajar debat. Nilai jangan ujian sekali jepret, tapi nilai itu berdasarkan projek final, berdasarkan presentasi dan berdasarkan jiwa wirausaha," kata Mas Menteri.

Baca juga: Mahasiswa 22 kampus jalani Program Merdeka Belajar di UMI Makassar

Pewarta: Awaludin
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2021