Samarinda (ANTARA News) - Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak mengatakan bahwa angka kematian ibu melahirkan dan bayi di provinsi itu turun, bahkan capaiannya jauh di bawah rata-rata nasional.

"Angka kematian bayi di Kaltim kini cenderung semakin menurun, yakni dari 33 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2003, menjadi 23,2 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2009," kata Gubernur Awang Faroek Ishak di Samarinda, Senin.

Dia melanjutkan, indikasi lainnya adalah angka kematian ibu melahirkan yang juga semakin menurun, yakni dari 302 per 100.000 kelahiran hidup pada 2004 menjadi 110 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2009.

Sedangkan berdasarkan perhitungan sementara tercatat pada periode 2010 telah mencapai 101 per 100.000 kelahiran hidup. "Capaian angka kematian bayi dan ibu melahirkan tersebut lebih baik karena jauh di bawah rata-rata nasional," katanya.

Meski demikian, berbagai upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak akan terus ditingkatkan, di antaranya dengan mengusahakan peningkatan alokasi anggaran kesehatan yang memadai melalui APBD Provinsi Kaltim.

Jika pada tahun 2008 dialokasikan sebesar 7,16 persen dari total APBD, kemudian sebesar 8,56 persen dari APBD pada 2009, tapi pada 2010 meningkat hingga mencapai 13,84 persen dari total APBD Kaltim yang sebesar Rp6,717 triliun.

Sementara itu, lanjutnya, terkait permasalahan tenaga medis di Kaltim, hingga kini masih mengalami keterbatasan, yakni rasio dokter, rasio perawat dan bidan masih jauh dari rata-rata rasio nasional.

Untuk mengatasi keterbatasan tenaga medis tersebut, Pemerintah Provinsi Kaltim memberikan paket bantuan beasiswa bagi mahasiswa kedokteran dan keperawatan untuk mau ditempatkan di daerah.

Sehubungan itu, maka dia berharap agar Akademi Keperawatan Dirgahayu yang merupakan salah satu akademi keperawatan di Kaltim agar terus memberikan kontribusi untuk pemenuhan kekurangan tenaga medis dengan menghasilkan lulusan profesional.

Dia mengatakan perawat yang andal dan profesional sangat penting menjadi perhatian, karena perawat yang tidak profesional, yang lambat dan tidak tanggap dalam pelayanannya, pasti akan ditinggalkan masyarakat.

(KR-GFR/N005/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011