Banjarmasin (ANTARA) - Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menggelar konferensi internasional bekerjasama kampus dari Malaysia dan Thailand dari 7--8 Oktober 2021.

Kampus yang digandeng tersebut adalah Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) dan Princess of Naradhiwas University (PNU) Thailand dalam gelar The 3rd Internasional Conference on Islam, Development and Social Harmony in Southeast Asia 2021 (ICDIS 2021).

Konferensi yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube UIN Antasari Banjarmasin ini menghadirkan 62 pembicara gabungan dari 3 negara serumpun, Malaysia, Indonesia dan Thailand.

Rektor UIN Antasari Banjarmasin Prof Mujiburrahman mengungkapkan kegembiraan atas terselenggaranya kegiatan The 3rd ICDIS setelah 2 tahun persiapan yang dijalani meskipun kegiatan hanya bisa dilaksanakan secara virtual.

Baca juga: Tantangan kuliah daring bagi dosen dan mahasiswa

Baca juga: Sertifikasi pembimbing manasik haji, Kemenag gandeng UIN Antasari


Menurut dia, The 3rd ICDIS kali ini mengusung tema “Islam and Southeast Asian Communities Welfare in the COVID-19 ERA”.

Terkait dengan tema tersebut, Mujiburahman menyampaikan, bahwa persoalan-persoalan terkait isu COVID-19 terutama di dunia akademik dan pengkajian ilmu keislaman, setidaknya ada lima hal yang sangat berpengaruh di dalam kehidupan masyarakat.

Pertama, diskusi tentang apa makna dari pandemi COVID-19, dimulai dari diskusi bahwa COVID-19 adalah sebuah azab hingga diskusi bahwa COVID-19 tidak hanya sekedar azab, namun juga sebagai ujian atau cobaan.

Kemudian yang kedua, kata dia, diskusi hubungan antara agama dan sains (dalam ilmu kesehatan), terjadinya pertentangan antara agama dan sains menimbulkan gairah untuk mendiskusikan nalar agama dan nalar sains.

Sedangkan yang ketiga, ungkap Mujiburahman, diskusi tentang keberagamaan yang bersifat personal sekaligus komunal.

Sementara itu yang keempat, katanya, diskusi mengenai fatwa-fatwa terkait tentang pandemi, mulai dari fatwa tentang halal haram vaksin hingga hingga shalat jamaah secara virtual.

Terakhir yang kelima, pandemi COVID-19 membuat orang-orang lebih banyak menggunakan ponsel terutama media sosial yang tidak luput di dalamnya pembicaraan tentang agama, tokoh-tokoh agama muncul di media sosial, juga fatwa-fatwa agama muncul di media sosial yang sedikit banyaknya bertentangan satu sama lain sehingga memunculkan fragmentasi otoritas keagamaan.

Terkait lima hal ini, Mujiburrahman yakin bahwa di wilayah Asia Tenggara khususnya tiga negara serumpun Malaysia, Indonesia dan Thailand Selatan bisa untuk menghadapi isu-isu tersebut.

"Saya percaya kita memiliki khazanah budaya Islam yang bersifat lokal, bersifat nusantara yang mungkin dapat kita gali dan terus kita kembangkan sehingga kita tetap bisa menghadapi berbagai tantangan yang kita alami di masa COVID-19 ini," demikian Mujiburahman.

Sebelumnya, Rektor UIN Antasari memberikan apresiasi kepada Prof Dr Wan Kamal Mujani (Pro Naib Canselor, UKM) dan Assoc. Prof Cheloh Khaegphong (Asisstant to the President PNU, Thailand) yang berkenan untuk didaulat sebagai Honorary Speech pada ICDIS ke-3 kali ini.*

Baca juga: Akademisi ingatkan giatkan sosialisasi penanganan radikalisme

Baca juga: Enam mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin jadi tersangka

Pewarta: Sukarli
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021