Jakarta (ANTARA) - Pramugari senior Alexandrina Denysenko yang telah bekerja selama tujuh tahun mengatakan dia kadang tak punya waktu untuk duduk selama penerbangan dan ingin mengistirahatkan kakinya yang bengkak akibat berjam-jam memakai hak tinggi.

Maskapai penerbangan SkyUp Airlines dari Ukraina yang mempekerjakan Denysenko memutuskan untuk mengganti seragam pramugari yang terdiri dari hak tinggi dan rok pensil setelah mendapat masukan dari para pramugari mengenai seragam mereka.

Baca juga: Digugat Nike, "Satan Shoes" Lil Nas X tak akan diproduksi lagi

Seragam baru untuk pramugari kini lebih nyaman, sepatu Nike putih dan seragam oranye dengan celana panjang longgar dengan aksesoris syal sutra. Sebagai pengganti blus, mereka memakai kaos warna putih polos.

"Sepatu hak tinggi terlihat cantik, tapi kaki jadi sakit dan bengkak setelah penerbangan berakhir. Sepatu kets jelas keren," kata Denysenko kepada Reuters.

"Amit-amit, tapi kalau kru harus mendarat di air dan mengevakuasi, sepatu hak tinggi bisa merusak tangga dan berenang dengan rok itu tidak nyaman," katanya.

Perusahaan itu mengatakan mereka melakukan riset seragam kru pesawat dan memutuskan untuk melepas elemen konservatif dari penampilan pramugari. Gaya rambut cepol atau ekor kuda kini diganti dengan rambut yang dikepang.

"Kami menemukan fakta bahwa meski citra pramugari diromantisasi, tapi pekerjaan mereka menuntut tenaga," kata kepala departemen pemasaran SkyUp Airlines, Marianna Grygorash.

Seragam baru ini diresmikan pada 22 Oktober.

Grygorash mengatakan perusahaan juga berencana membuat seragam baru untuk pramugara dengan kaos sebagai pengganti kemeja, sepatu Nike hitam dan light suit sebagai pengganti rompi.

"Jika seluruh dunia dan semua fashionista memakai sepatu keds, kenapa tidak sekalian membawanya ke aviasi?" kata pramugari Zoryana.

Baca juga: Pengamat apresiasi kesigapan pilot dan pramugari Citilink

Baca juga: Nike x Louis Vuitton AF1, kolaborasi ciamik "sneakers"

Baca juga: Apple perkenalkan dua band Pride Edition baru

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021